Minggu, 07 Juni 2015

Makalah Retorika

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara karunia Tuhan yang paling besar bagi manusia ialah kemampuan berbicara. Kemampuan untuk mengungkap isi hatinya dengan bunyi yang dikeluarkan dari mulutnya. Berbicara telah membedakan manusia dari makhluk lain. Dengan berbicara, manusia mengungkapkan dirinya, mengatur lingkungannya, dan pada akhirnya menciptakan bangunan budaya insani.
Lama sebelum lambang-lambang tulisan digunakan, orang sudah menggunakan bicara sebagai alat komunikasi. Bahkan setelah tulisan ditemukan sekalipun, bicara tetap lebih banyak digunakan. Ada beberapa kelebihan bicara yang tidak dapat digantikan dengan tulisan. Bicara lebih akrab, lebih pribadi (personal), lebih manusiawi. Tidak menghenrankan, bila ilmu bicara telah dan sedang menjadi perhatian manusia. Kemampuan bicara bukan saja diperlukan di depan sidang parlemen, di muka hakim atau dihadapan massa. Kemampuan ini dihajatkan dalam hampir seluruh kegiatan manusia sehari-hari. Penelitian membuktikan bahwa 75% waktu bangun kita berada dalam kegiatan komunikasi. Kemampuan bicara bisa merupakat bakat. Tetapi kepandaian bicara yang baik memerlukan bicara dan latihan. Retorika sebagai ilmu bicara sebenarnya diperlukan setiap orang.



B.     Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah, penulis mencoba mempersempit uraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar yang pada intinya membahas :
1.    Menjaga Keharmonisan dari Kekacauan Berkata-kata.
2.    Ragam Bicara dan Kekacauan Berkata-kata.
C.     Tujuan Penulisan.
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah retorika pendidikan, agar mahasiswa mampu, mengerti dan menjabarkan serta dapat mengimplementasikan pembelajaran retorika dalam kehidupan sehari-hari.










BAB II
PEMBAHASAN
A.      Menjaga Keharmonisan dari Kekacauan Berkata-kata
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5 sebelum masehi untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang di kembangkan di Yunani purba, kemudian abad-abad berikutnya di kembangkan di Romawi dalam bahasa latin “retorika” (dalam bahasa Inggris “rhetoric” dalam bahasa Indonesia “retorika”).
Menjaga perkataan agar dapat memukau dan menghipnotis siapa saja yang mendengar tetapi tidak juga membawa masalah bagi dirinya maupun siapa saja yang mendengarkannya sangatlah diperlukan. Hal demikian tentunya dilakukan untuk mengapai keharmonisan dan menghindari kekacauan berkata-kata, dengan langkah demikianlah seoarang dapat membuat lawan bicaranya tetap terhipnotis dan terhindar dari kekacauan berkata-kata, ada beberapa poin yang dapat dilakukan agar terjadi keharmonisan dalam menata kata demi kata dalam proses komunikasi, yaitu :
1.      Persatuan Pikiran dan Perasaan.
Sebelum menyampaikan kata-kata, maka yang perlu kita pahami adalah kata-kata yang dikeluarkan “ hasil dari hubungan antara pikiran dan perasaan “. Apabila seseorang menyampaikan kata-kata yang telah dipikirkannya tanpa disertai dengan pertimbangan perasaan, maka hal itu bias jadi menimbulkan masalah baginya, orang yang diajak bicara, atau bagi orang yang mendengar.
Demikian juga sebaliknya ketika seseorang berbicara itu hanya menggunakan perasaan belaka tanpa disertai dengan pemikiran, maka hal itu juga bias mengundang masalah. Pikiran adalah sisi rasional manusia, sementara persaan adalah sisi emosional manusia.
2.     Kesatuan Etika, Logika dan Estetika
Aristoteles menyatakan bahwa seseorang bias dikatakan sukses dalam berbicara jika mempunyai kemampuan untuk menentukan  dalam kejadian tertentu. Maksudnya mampu menyadari, memahami dan mengembil keputusan yang tepat dan cemerlang dalam satu kejadian dan situasi tertentu untuk berkata-kata.
Ada tiga cara yang dilakukan untuk menghipnotis atau mempengaruhi manusia yaitu :
a.    Ethos adalah kepribadian sumber yaitu menyangkut orang yang berbicara, dinyatakan seseorang memiliki ethos ketika seseorang itu memiliki : a). Pengetahuan yang luas. b). Pribadi yang amanah. c). Status yang terhormat.
b.    Pathos adalah imbuan emosional yaitu kemampuan untuk menyentuh hati orang lain, mampu menggerakan pendengar untuk bersemangat, bersedih, gembira, dengan pengucapan kata kata yang bervariasi intonasinya.
c.    Logos adalah imbuan logis yang disampaikan dalam pembicaraan yang berdaarkan prinsip logis
Ketika berbicara dengan memperhatikan ketigannya maka seseorang dapat berbicara dengan sangat bagus dan luar biasa. Mampu menunjukkan kepribadian yang mempesona dan mengagumkan karena mampu menyatukan etika, logika, dan estetika dalam satu pembicaraannya.
B.     Ragam Bicara dan Kekacauan Berkata-kata
Ragam bicara dan kekacauan berkata kata yang dimaksudkan adalah aneka ragam penyampaian kata ucapan atau pidato yang tidak menggunakan dan tidak mengindahkan prinsip dan tata cara berkata-kata, tidak mengindahkan prinsip-prinsip berkata-kata atau tidak tidak paham akan prinsip berkata kata artinya melakukan kekacauan dalam berkata-kata.
Ada beberapa jenis atau ragam orang yang sedang berbicara menurut filsuf islam yaitu Al-Ghozali. Beliau megelompokkan jenis orang yang sedang berkata-kata dikelompokan ke dalam empat jenis golongan, yaitu :
1.      Orang yang tahu bahwa dirinya tahu. Dalam kelompok ini adalah orang yang memiliki pengetahuan, tidak mengindahkan prinsip berkata-kata berarti sebenarnya orangnya mengetahui dan paham terhadap prinsip berkata-kata, tetapi pengetahuan atau kepahaman itu tidak dipraktekan dalam berkata-kata. Sungguh dirinya bias berbicara dengan berdasarkan prinsip-prinsip berbicara tetapi setiap kali dia berbicara justru tidak menggunakan prinsip-prinsip tersebut.
2.      Orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu. Yaitu orang yang tidak tahu menggunakan prinsip berbicara. Berarti tidak tahu dan tidak paham terhadap prinsip berkata-kata sehingga tidak dapat menerapkan dalam berkata-kata. Atau bias jadi orang yang sadar bahwa dirinya tidak mengetahui akan prinsip berbicara sehingga dia tidak  akan bergaya menggunakan prinsip-prinsip berbicara itu.
3.      Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu. Orang yang dimaksudkan adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang prinsip berkata-kata, tetapi pengetahuan itu masih bersifat ptensial. Jadi orang ini mampu menggunakan prinsip-prinsip bicara itu sendiri.
4.      Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Yaitu orang yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip berbicara, orang ini memang tidak tahu akan prinsip-prinsip berbicara, tetapi dia bergaya menggunakan prinsip-prinsip berbicara. Orang Yang sok berlagak tahu.









BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Retorika atau dalam bahasa Inggris rhetoric bersumber dari perkataan latin rhetorica yang berarti ilmu bicara. Pada abad ke 5 sebelum masehi untuk pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antar manusia sebagai fenomena sosial. Ilmu ini dinamakan dalam bahasa Yunani “rhetorike” yang di kembangkan di Yunani purba, kemudian abad-abad berikutnya di kembangkan di Romawi dalam bahasa latin “retorika” (dalam bahasa Inggris “rhetoric” dalam bahasa Indonesia “retorika”).
Ada beberapa poin yang dapat dilakukan agar terjadi keharmonisan dalam menata kata demi kata dalam proses komunikasi, yaitu :
1.    Persatuan Pikiran dan Perasaan.
2.    Kesatuan Etika, Logika dan Estetika
Ada tiga cara yang dilakukan untuk menghipnotis atau mempengaruhi manusia yaitu :
a.      Ethos adalah kepribadian sumber yaitu menyangkut orang yang berbicara, dinyatakan seseorang memiliki ethos ketika seseorang itu memiliki : a). Pengetahuan yang luas. b). Pribadi yang amanah. c). Status yang terhormat.
b.      Pathos adalah imbuan emosional yaitu kemampuan untuk menyentuh hati orang lain, mampu menggerakan pendengar untuk bersemangat, bersedih, gembira, dengan pengucapan kata kata yang bervariasi intonasinya.
c.      Logos adalah imbuan logis yang disampaikan dalam pembicaraan yang berdaarkan prinsip logis
Ada beberapa jenis atau ragam orang yang sedang berbicara menurut filsuf islam yaitu Al-Ghozali. Beliau megelompokkan jenis orang yang sedang berkata-kata dikelompokan ke dalam empat jenis golongan, yaitu :
a.       Orang yang tahu bahwa dirinya tahu.
b.      Orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu.
c.       Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu.
d.      Orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.
B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami telah berusaha semaksimal yang kami bisa. Namun, kami mengakui pasti masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang konstruktif dari Ibu selaku dosen pengajar mata kuliah Retorika Pembelajaran PAI.







Daftar Pustaka
Y, Hasyam, 2011, Belajar Retorika Untuk Semua Kalangan, Seven Books, Yogyakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar