BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah.
Manusia merupakan makhluk hidup yang
sangat istimewa, karena manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia
diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai dengan etika dan nilai – nilai
moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, lingkungan, dan ajaran agama yang
di anutnya. Nilai – nilai dan norma – norma yang memberikan arah dan makna bagi
manusia dalam bertindak ialah agama.[1]
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia
terhadap sesuatu yang bersifat Adikordrati (Supernatural) ternyata seakan
menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai
– nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang maupun dalam hubungannya
dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi
kehidupan sehari – hari. Dalam makalah ini akan membahas Agama dan Pengaruhnya
Dalam Kehidupan
B. Rumusan
Masalah.
1. Apa
yang dimaksud dengan agama ?
2. Bagaimana
pengaruh agama terhadap kehidupan individu ?
3. Bagaimana
pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat ?
4. Bagaimana
Peran Agama Dalam Kehidupan Generasi Muda ?
5. Bagaimana
Pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan
Penulisan.
1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan agama.
2. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan individu.
3. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama terhadap kehidupan masyarakat.
4. Dapat
mengetahui bagaimana Peran Agama Dalam Kehidupan Generasi Muda.
5. Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata
kerja re-ligare yang berarti "mengikat
kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.[2]
Émile
Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem
yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan
hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk
terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani
yang sempurna kesuciannya.
Banyak sekali definisi dari agama yang
telah diajukan, namun salah satu pendekatan yang paling komprehensif dalam
menjelaskan agama adalah pendekatan yang menyatakan bahwa agama mencakup[3]
:
a. Doktrin
(ajaran-ajaran tentang keimanan),
b. Mitos
(narasi historis yang bersifat sakral),
c. Etika
(kode-kode moral yang bersandar pada ajaran Tuhan),
d. Praktik
peribadatan atau ritual (bentuk penyerahan diri terhadap kekuatan adikodrati),
e. Pengalaman
keagamaan, mistik, spiritual,
f. Institusi
sosial.
B. Pengaruh
Agama Terhadap Kehidupan Individu
Agama
dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya, sebagai sistem nilai agama
memiliki arti yang khusus dalam kehidupan. Dilihat dari fungsi dan peran agama dalam
memberi pengaruhnya terhadap individu, baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi
maupun pedoman hidup, maka pengaruh yang paling penting adalah sebagai
pembentuk kata hati.
Kata hati
menurut Erich Fromm adalah panggilan kembali manusia kepada dirinya. Erich Fromm membagi kata hati menjadi : kata
hati otoritarian dan kata hati humanistik. Kata hati otoritarian dibentuk oleh
pengaruh luar, sedangkan kata hati humanistik bersumber dari dalam diri
manusia. Kata hati humanistik adalah pernyataan kepentingan diri dan integrasi
manusia, sementara kata hati otoritarian berkaitan dengan kepatuhan,
pengorbanan diri dan tugas manusia atau penyesuaian sosialnya.
Ada
beberapa fungsi agama dalam kehidupan individu antara lain[4]
:
1. Agama
Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga Kesusilaan.
Firman
Allah SWT,
ذالك
الكتاب لاريب فيه هدي للمتقين
Artinya
: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.”
Menurut Mc. Guire, diri manusia memiliki bentuk
sistem nilai tertentu. Sistem nilai ini merupakan sesuatu yang dianggap
bermakna bagi dirinya. Sistem nilai ini dibentuk melalui belajar dan proses
sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman,
institusi, pendidikan, dan masyarakat berdasarkan perangkat informasi yang
diperoleh seorang dari hasil belajar dan sosialisasi tadi meresap dalam
dirinya. Sejak itu perangkat nilai itu menjadi sistem yang menyatu dalam
membentuk identitas seseorang. Ciri khas ini terlihat dalam kehidupan sehari –
hari, bagaimana sikap, penampilan maupun untuk tujuan apa yang turut
berpartisipasi dalam suatu kegiatan tertentu. Menurut pandangan Mc. Guire, dalam membentuk
sistem nilai dalam diri individu adalah agama. Menurut Mc. Guire system nilai
yang berdasarkan agama dapat memberi pedoman bagi individu dan masyarakat.
Sistem nilai tersebut dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam kehidupan
individu dan masyarakat.
2. Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Frustasi.
Manusia mempunyai kebutuhan dalam
kehidupan ini, mulai dari Kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, istirahat,
dan seksual, sampai kebutuhan psikis, seperti keamanan,, ketentraman,
per-sahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono,
apabila kebutuhannya itu tidak terpenuhi, terjadi ketidak-seimbangan, yakni
antara kebutuhan dan pemenuhan, maka akan menumbuhkan kekecewaan yang tidak
menyenangkan, kondisi atau keadaan inilah yang disebut frustasi.
3. Agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan.
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya
dengan agama sebagai sarana untuk mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada
obyeknya. Untuk mengatasi ketakutan sepert diatas, psikologi sebagai ilmu
empiris, terbentur masalah kesulitan. Soalnya bentuk ketakutan tanpa obyek
hampir tidak bisa diteliti secara positif-empiris, karena ketakutan tersebut
biasanya tersembunyi dalam gejala – gejala lain yang merupakan manifestasi
terselubung dari ketakutan.
4. Agama sebagai sarana untuk memuaskan
keingintahuan
Agama mampun memberi jawaban atas
kesukaran intelektual kognitif, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan
eksistensial dan psikologis, yaitu oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan
orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan
bermakna di tengah – tengah alam semesta ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu
menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana
manusia datang, apa tujuan manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana
manusia kembalinya setelah mati.
C. Pengaruh
Agama Terhadap Kehidupan Masyarakat
Masyarakat adalah
gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial
tertentu. Dalam kepustakaan ilmu-ilmu
sosial dikenal tiga bentuk masyarakat, yaitu : mayarakat
homogeny, masyarakat majemuk, masyarakat heterogen. Terlepas dari
penggolongan masyarakat tersebut, pada dasarnya masyarakat terbentuk dari
adanya solidaritas dan konsensus. Kedua
aspek ini menurut E. Durkheim merupakan pengikat dalam kehidupan masyarakat.
Apabila kedua unsur tersebut hilang dari suatu masyarakat, maka akan terjadi disorganisasi sosial serta
bentuk sosial dan kultur sosial yang telah mapan akan ambruk. Kondisi ini
disebut dengan “anomir”.
Masalah agama tak akan
mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri
ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam prakteknya fungsi
agama dalam masyarakat antara lain:
1.
Berfungsi Edukatif
Ajaran
agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur tersebut
mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnyan
menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
2.
Berfungsi penyelamat
Keselamatan yang meliputi bidang yang luas adalah
keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diajarkan yaitu
keselamatan dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan agama mengajarkan
keimanan kepada Tuhan.
3.
Berfungsi sebagai perdamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa
dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama.
4.
Berfungsi sebagai
social control
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai
norma, sehingga dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara
individu maupun kelompok.
5.
Berfungsi sebagai pemupuk rasa
solidaritas
Rasa kesatuan yang berupa iman dan kepercayaan akan
membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan terkadang
dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.
6.
Berfungsi transformatif
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai ajaran agama yang
dianutnya.
7.
Berfungsi kreatif
Penganut
agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan
tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru.
8.
Berfungsi sublimatif
Ajaran
agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat
agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi.
D. Peran
Agama Dalam Kehidupan Generasi Muda
Agama selain memiliki fungsi dan peran
dalam kehidupan juga memiliki nilai-nilai agama yang dapat dijadikan landasan
atau arahan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan menerapkan pada diri kita
nilai keadilan, persaudaraan, persamaan, toleransi dan pengorbanan. Oleh karena
itu para remaja diharuskan untuk membekali dirinya dengan nilai-nilai tersebut.
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
ditandai oleh adanya kematangan seksual dan keadaan relatif mandiri. Tetapi
remaja seringkali belum mampu untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan
pengendalian emosi secara maksimal, sehingga remaja terjerumus ke dalam
kenakalan remaja.
Kenakalan remaja awalnya adalah sesuatu yang
lumrah terjadi di tengah tengah masyarakat. Namun kemudian membuat masyarakat
risih, bahkan sampai ke tahapan yang mengkhawatirkan, seperti keberanian
melakukan pemukulan yang melenyapkan nyawa. Kenakalan remaja muncul di sebabkan
keinginan menunjukkan keakuan, aktualisasi diri yang tersalah dalam perwujudannya.
Kenakalan remaja muncul sebagai protes terhadap dirinya yang dipandang lemah.
Kenakalan remaja dapat juga terjadi sebagai upaya pembuktian keberanian dalam
mengambil resiko.
Kenakalan remaja adalah bagian dari
perilaku menyimpang, karena ia merupakan hal yang tidak wajar berlaku pada
remaja. Remaja seharusnya adalah seorang individu yang wujud di usia sekolah,
mereka seharusnya konsentrasi terhadap pendidikan. Rendahnya kemampuan
remaja dalam pengendalian emosi disebabkan oleh tidak dijalankannnya
nilai-nilai ajaran agama dengan baik. Untuk mencegah hal-hal tersebut mereka
harus mempunyai kriteria-kriteria remaja muslim, diantaranya[5]
:
1.
Memiliki aqidah yang bersih.
2.
Selalu menjalankan ibadah yang benar,
3.
Memiliki akhlaq yang kukuh dan mulia,
4.
Cerdas dalam berfikir,
5.
Pandai mengatur waktu,
6.
Dapat berjuang melawan hawa nafsu,
7.
Mampu menyelesaikan masalah, dan
8.
Bermanfaat bagi orang lain.
Setiap pemuda memiliki peran dalam upaya
penegakan dakwah dan hukum-hukum islam. Tapi tugas ini sering terlupakan oleh
sebagian remaja islam karena disibukkan dengan berbagai hal yang secara tidak
sadar meracuni pemikiran pemuda islam. Dalam islam, masa remaja adalah
saat-saat yang paling menentukan dalam sejarah hidup seseorang. Disanalah
manusia mulai membentuk jatidiri, akankah ia menempuh jalannya orang-orang yang
selamat ataukah berbalik menempuh jalannya orang-orang celaka. Maka sangat
ditekankan para remaja untuk membekali dirinya dengan akhlaq yang mulia.
Manusia akan hidup bahagia baik didunia maupun akhirat karena memiliki akhlaq
yang mulia. Remaja dalam kehidupan memiliki peran serta yang penting
dilingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa. Setiap remaja memiliki
tanggung jawab untuk memperbaiki kepribadian, memperbaiki segala bentuk
kekurangan diri dan menyampaikan hal-hal kebaikan kepada orang terdekat yaitu
keluarga. Selain itu, remaja harus pro-aktif dalam kegiatan sosial. Mereka
harus mampu mempunyai ide-ide baru untuk perbaikan sistem kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sebab merekalah yang kelak akan menjadi generasi
pengganti saat ini.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa remaja
pada dasarnya adalah suatu perkembangan fisik dan psikis pada manusia yang
saling berkesinambungan. Akan tetapi dalam perkembangan agamanya remaja belum
dapat mengaplikasikan ajaran agama secara mendalam dan mantap. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan keberagamaan pada remaja masih dipengaruhi dengan
lingkungan sekitar dan kepribadian dari masing-masing individu, karena
kepribadian berpengaruh terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk
jiwa keagamaan yang bilamana remaja memiliki kepribadian yang baik mereka tidak
akan menyimpang dari aturan-aturan agama.
E. Pengaruh
agama dalam kehidupan sehari-hari.
Besarnya peran agama dalam kehidupan
sehari-hari memegang peran yang sangat penting. Dalam kehidupan di dunia ini
harus terjadi keseimbangan antara spiritualitas dan aktivitas. Jika
Spiritualitas yang terlalu besar, maka kehidupan dalam unsur materi (harta)
akan kekurangan. Sebaliknya, jika aktivitas yang kita utamakan tanpa
memperhatikan spiritualitas (agama) maka batin kita akan kekurangan makanan,
dalam arti hati kita tidak akan tenang walaupun materi (harta) kita berlimpah.
Besarnya iman pun sangat berpengaruh
dalam sikap kita menjalani kehidupan sehari-hari. Jika iman kita kuat, maka
akan dimudahkan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Akan diberikan kesabaran
dalam menghadapi masalah ataupun cobaan yang melanda. Dengan keimanan yang tebal,
hati kita akan tenang dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan dijauhkan dari
perbuatan yang keji dan munkar.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari individu dan masyarakat, karena agama
memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap kehidupan individu dan
masyarakat. Diantaranya, fungsi agama dalam kehidupan individu, ialah sebagai
berikut:
1.
Agama Sebagai Sumber Nilai dalam Menjaga
Kesusilaan.
2.
Agama Sebagai Sarana untuk Mengatasi Frustasi,
3.
Agama sebagai sarana untuk mengatasi
ketakutan,
4.
Agama sebagai sarana untuk memuaskan
keingintahuan,
Fungsi
agama dalam kehidupan masyarakat, ialah sebagai berikut:
1. Berfungsi
Edukatif,
2. Berfungsi
Penyelamat,
3. Berfungsi
sebagai Pendamaian,
4. Berfungsi
sebagai Social control,
5. Berfungsi
sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas,
6. Berfungsi
Transformatif,
7. Berfungsi
Kreatif, dan
8. Berfungsi
Sublimatif.
Disini terlihat hubungan antara
llingkungan dan sukap masyarakat terhadap nilai-nilai agama. Di lingkungan
masyarakat sendiri barangkali akan lebih memberi pengaruh bagi pendidikan jiwa
keagamaan dibandingkan dengan masyarakat lain yang memiliki ikatan yang longgar
terhadap norma-norma keagamaan. Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat
dalam pembentukan.
B. Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini,
saya sebagai manusia biasa tentunya banyak khilaf dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Saya membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak,
berkenaan dengan tema yang saya ambil disini dengan harapan bisa lebih
membangun.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini, khususnya Bapak
Nasril, M.Pd.I selaku pembimbing dalam pembuatan makalah ini.
Harapan
saya adalah dengan tersusunya makalah ini, saya dapat sedikit membantu kepada
siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan mengenai Psikologi Agamak hususnya pengetahuan
tentang Agama dan Pengaruhnya dalam kehidupan. Semoga berguna untuk bangsa
dan agama. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Rajab, Khairunnas. 2012. Psikologi
Agama .Yogyakarta : Aswaja presindo
Annisa
Kusdiyani, http://anisa1707.blogspot.com/2012/11/pengaruh-agama-dalam-kehidupan.html, di tanggal
20 April 2015 jam. 11.07 WIB.
http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-agama-dan
pengaruhnya-dalam-kehidupan-individu-dan-masyarakat/, Diakses
tanggal 27 April 2015 jam. 23.50 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama. Diakses tanggal
28 April 2015 jam 04.30 WIB
[5]http://eunchasiluets.wordpress.com/2012/05/08/makalah-agama-dan-pengaruhnya-dalam-kehidupan-individu-dan-masyarakat/, Diakses
tanggal 27 April 2015 jam. 23.50 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar