Minggu, 25 Januari 2015

SASTRA ADAT JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seni sastra adat budaya adalah merupakan suatu system komunikasi social yang telah sangat tua dalam perkembangan dan pergaulan hidup masyarakat, bahkan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat melayu jambi sastra adat budaya jambi sebagai bagian dari sastra melayu, seperti yang kita kenal yang selalu dikomunukasikan oleh para ahlinya dalam kesembatan-kesembatan berbagai acara, mengandung nilai-nilai luhur yang memberikan arahan bagi keselamatan manusia dalam menempuh kehidupannya dalam alam yang penuh pancaroba. Penuh dengan sapaan-sapaan yang halus yang tanpa terasa akan menyentuh sanubari dan menyadarkan kita akan kebenaran yang disampaikan para pakarnya melalui bahasa sastra adat. yang juga didalamnya terdapat petetah-petitih, seloko, pantun adat budaya jambi.


B.  Rumusan Masalah
a. Bagai Sastra secara umum ?
b.Jelaskan sastra adat jambi ?
c. Jelasaka tentang petetah-petitih, seloko dan pantun?

C. Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini dikarnakan kurangnya pemahaman kami didalam bidang pembelajarannya untuk itu kami mencoba membahasnya, dan semoga kita memahami itu semua, Dan juga untuk memenuhi tugas dari dosen.





BAB II
PEMBAHASAN

A.SASTRA SECARA UMUM.
1.   Sastra.
Sastra sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan adala suatu hasil kreativ manusia, atau hasil karya seni yang berkaitan dengan aktivitas social masyarakat lingkungannya dalam kurun ruang dan waktunya pula. Jadi sastra itu senantiasa berkembang  menurut  waktu dan tempat serta lingkungan masyarakatnya, sehingga kita mengenal adanya sastra Eropa, sastra Timur Tengah, bahkan lebih kecil lagi sastra Arab, sastra Parsi dan lain sebagainya.
   Satra Indonesia sendiri oleh para ahli sastra disebut sebagai sastra Nusantara. Hal ini disebabkan berkenaan dengan tempat dan waktu, lainnya sastra itu sendiri kita kenal seperti sastra melayu Riau, sastra melayu Sumatera, sastra Jawa, sastra Sunda, Bugis dan lainnya. Sastra melayu sendiri dibagi pula dalam periodisasi, seperti adanya sastra Melayu Kuno, sastra Melayu lama dan sastra Moderen.
2.   Jenis Satra.
Sastra sebagai bagian dari kreativitas seni manusia terdapat dalam berbagai hasil karya manusia itu sendiri terutama karya seni, seperti :
a. Karangan, sastra dalam bentuk karangan seperti berlindung dibawah ka’bah, tenggelamnya kapal Van Der Wijk, dan lain.
b.Sajak seperti binatang jalangnya Chairil Anwar dan lain.
c. Hikayat, adalah sastra Prosa yang memakai bahasa melayu, seperti Hikayat Malim Dewa, Hikayat simiskin dan sebagainya.
d.                        Drama, seni sastra drama telah banyak kita kenal dalam seni budaya Indonesia.

           Masih banyak lagi jenis satra yang dalam kaitan dengan tulisan ini tidak akan dibahas, sesuai dengan tujuan penulisan yang hanya akan membicarakan sastra adat jambi, yang dibatasi pula dengan ruang lingkup penulis yang telah ditentukan.


B. SASTRA ADAT JAMBI
                  Sastra adat jambi adalah termasuk sastra Melayu Kuno dalam sejarah sastra Melayu Sumatera. Kalau kita melihat dari pengelompokan yang dilakukan Ajip Rosidi dalam bukunya Ikhtisar sejarah sastra Indonesia, pengelompokan itu terdiri dari masa kejadian dengan  Periodesasi, yaitu dari periode awal sampai  tahun 1933, periode 1933-1942, dan 1942-1954, dan periodesasi masa perkembangan yaitu periode 1945-1953, periode 1953-1961 hingga sampai sekarang. Sastra adat jambi telah dikenal semejak berdirinya kerajaan melayu dijambi, karena dalam pergaulan social dalam pemerintahan kerajaan selalu dipakai bahasa sastra. Jadi sastra adat jambi sama tuanya dengan keberadaan kerajaan itu sendiri, sebab pada masa itu selain dilingkungan istana dan para piyayi, dalam hubungan social ditengah masyarakat telah dipakai bahasa sastra.
                  Walaupun adat sastra jambi sudah sangat tua, namun belum ada yang dalam bentuk kodifikasi, sehingga cara menelusurinya hanyalah melalui pendekatan dengan para nara sumber secara langsug. Untuk itu upaya pelestariannya yang melalui penggalian dan penulisan adalah sangat penting, agar sastra daerah tidak hilang ditelan zamannya. Sastra adat jambi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya berkembang ditengah masyarakat dizaman kerajaan melayu jambi, sejalan dengan perkembangan kerajaan itu sendiri. Karena bahasa yang dipakai dalam pergaulan masyarakat sehari-hari dan dalam pemerintahan selalu disisip dengan bahasa sastra, sebagai salah satu cara untuk menyampaikan masalah-masalah yang bersipat tegur sapa, peringatan-peringatan dan lain-lain.
                    Begitu pula dengan upacara-upacara yang dilaksanakan dalam upacara kerajaan atau yang dilaksanakan dengan acara adat, dialognya dilakukan dengan bahasa sastra, yang disampaikan dalam bentuk saloko, petatah petitih dan atau pantun, pemakaian bahasa sastra yang disisipkan dalam bahasa pergaulan, dimaksudkan agar terdengar indah dan menyentuh, serta tidak menyinggung perasaan bagi yang terkena sasaran dari isi yang dimaksud ungkapan itu, serta tidak terdengar kasar bahasanya oleh halayak atau orang yang hadir pada waktu itu.
a.    Jenis sastra adat jambi
Jenis-jenis sastra adat jambi cukup beragam seperti adanya drama Dul Muluk, Syair dan lain sebagainya, namun sesuai dengan ruang lingkup penulis, serta manfa’at yang akan diambil dari era global sekarang, maka yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah, petatah petitih, seluko dan pantun. Ketiga jenis sastra adat jambi ini sudah popular ditengah masyarakat dan dapat dikomunikasi langsung, baik antar kelompok mau pun perorangan begitu pula dengan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.

C.  PETATAH PETITIH
      Petetah petitih adalah merupakan sastra adat jambi yang berisi nasihat dan pandangan-pandangan serta pedoman hidup yang baik, yang berisikan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan social dalam masyarakat. Melalui petatah petitih orang bijak atau biasa juga disebut tuo-tuo yaitu nenek mamak, tuo tenganai dan cerdik pandai yang mengingat agar setiap persoalan dihadapi para anak kepenakan supaya diselasaikan dengan sebaik-baiknya, supaya tidak ada akibat dikemudian hari. Diantara bunyi petatah-petitih adalah :
Supayo disisk disiangi dengan teliti
Dak ado silang yang idak sudah,
Dak ado kusut yang idak selsai
Dimaksudkan agar setiap masalah yang dihadapi harus diteliti lebih dahulu, andai masih ada masalahnya usahakan diselsaikan dengan baik, karena setiap masalah tentu ada jalan keluarnya.
Kalau memhat diatas baris
Kalau mengaji lah diatas kitab.
Rumah sudah, ganden dan pahat dak berbunyi lagi.
 Artinya : setiap masalah kalau sudah didudukkan pada tempatnya, maka tidak akan timbul lagi masalah dibelakangnya. Untuk mendoakan dan mengharap kebahagian dan keselamatan negeri dikatakan sebagai berikut :

Negeri aman padi menjadi
Air jernih ikannyo jinak,
Rumpun mudo kerbaunyo gemuk,
Turun kesungai cemetik keno
Naik kedarat perangkap berisi


D. SELOKO
Seloko adat adalah merupakan sastra adat jambi yang berisikan petuah-petuah untuk keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat. Misalnya ;
Mengenai tanggung jawab mamak terhadap kemenakan,
Rantau jauh diulangi,
Rantau dekat dikedeno.
Supaya berhati-hati dalam menyelsaikan sesuatu ;
Menark didalam tepung,
Rambut jangan putus
Tepung jangan tersesak.
    Berikut ini dibuatkan daftar berbagai seloko adat jambi yang berhubungan dengan berbagai permasalahan yang mungkin timbul ataupun yang mungkin akan timbul dimasa dating dan berbagai ansipasinya yang diungkapkan dalam seloko.

NO
SELOKO
ARTINYA
1

2


3


4


5


6


7

8

9

10

11


12

13


14


15

16

17

18

19

20

Lelap kemalingan, Lupo ketinggalan, sio-sio negeri alah, hal iko utang tumbuh.

Mengulu-ulu dikampung penghulu, Merajo-rajo


Beternak bekandang malam, bahumo dikandang siang, babuling bakawaian. Batali batijak-tijakan, baketuk bakalo-kalo.

Ayam hitam terbang malam, hinggap dirumpun pandan, ngokok bunyinyo.


Manuak kawan seiring, Mengunting dalam lipatan, telunjuk lurus kelingking berkait.

Tudung manudung bak daun sirih, taup menaup bak benak ketam, sokong menyokong bak aur dengan tebing.


Lain lubuk lain ikan, lain padang lain belalang

Bajalan sampai kebateh, belayar sampai kepulau.


Kebukit samo mendaki, kelurah samo menurun.


Masuk kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguek.

Pucuk dicinto ulam tibo, sumur digali aek tibo


Kuman diseberang lautan Nampak, gajah dipelupuk mato idak keliatan.

Dimano bumi dipijak disitu bumi dijunjung, dimano temilang dicacak disitu tanaman tumbuh.

Maksud hati memeluk gunung apo dayo tangan dak sampai.


Pagar makan tanaman


Pakai ilmu padi, kian berisi kian runduk

Arang abih besi binasa.


Mengunting dalam lipatan.

Cepat kaki ringan tangan


Gayung besambut
Kelalaian manusia baik segala anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin.

Melebihi dari yang sebenarnya.


Kewajiban dalam beternak.


Praduga tidak bersalah terhadap seseorang yang tidak jelas.

Penghianat/ berkhianat terhadap kawan sendiri.

Tuduhan


Perbedaan eco pakai/pemakaian

Cita-cita sudah sampai ( tercapai )

Satu tujuan

Menampakkan diri ditenga-tengah masyarakat

Keberuntungan

Kesalahan orang saja yang dicari

Penyesuaian diri


Cita-cita yang tidak sampai.


Yang dipercayai berkhianat

Rendah hati.

Pekerjaan yang sis-sia.

Menganiaya kawan sendiri

Rajin

Silat yang punyo lawan





E. PANTUN ADAT JAMBI
           Pantun adalah sastra adat jambi, yang dipergunakan untuk berkomunikasi, saling ajuk mengajuk yang dilakukan dengan berpantun. Arena yang dipakai adalah pada waktu yang berselang, kerja gontong-royong dan kerja lain bersamanya. Kesembatan ini dimanfaatkan oleh muda mudi untuk salaing berkomunikasi dan saling ajuk mengajuk. Disamping itu pantun dapat pula berupa nasihat dan pantun dapat juga dipakai untuk menjelaskan sesuatu permasalahan dan lainnya.
     Dibawah ini dituliskan beberapa pantu yang popular dalam pergaulan masyarakat adat jambi, sebagai berikut.

1.Berapa tinggi kayu ditungkal,
Lebih tinggi kayu dijambi,
Betapa sedih adik yang tinggal
Lebih sedih kami yang pegi

2. Arang sapat debunya rintik
   Cempedak dapat dipadan pisang
Orang beradat lakunnya baik
Idak beradat sapanyo hilang

3.Pulau kulupuk tempat ditebat
Iakan ditebat mati ditubo
Kalau hidup tidak beradat
Ibarat sungai jatuh kemuaro

4.Dedap dipaku melindung padi
Pagar kelukup tempat menampi
Adat itu membangun budi
Supaya hidup itu serasi


5. Sifat jerami dapat dibalik
Asap menanti marak, marak menanti reda.
Adat jambi sangat lah baik.
Adat bersandi syara, syarak bersendi kitabullah.

6.Hari jum’at mari semarak
Ketupat nasi dibeli dipekan
Biar kiamat bumi dipijak
Adat nan kawi jangan dilupakan

7.pohon beringin di tepi surau
tempat rantau tebing berombak
hati ingin hendak kepulau
pengayuh ada peahu tidak

8.laying-layang terbangan melayang.
hinggap diranting kayu jati
idak sedih piala menghilang
kami bertekad rebut kembali

9.hujan nan tidak lebat
tidak basah diatas bumi
biar ubai asal selamat
supayo dapat nan dihati

10.bukan kacang sembarang kacang
kacang tumbuh diperigi rajo
bukan dating sembarang datang
datang beradat berlembago


11.Terbang serik terbanglah mumpo
terbang sebatang buluh pipi
sayang dek adik tak pernah lupo
tidur sekejap menjadi mimpi

12. sungai aro dipukul rebut
apo lagi didusun pelayang
di mulut nago lagi direbut
apo lagi ditangan orang

13.ikan seburuk ikan mentutu
ikan sengiring dibawah batang
kalau itu nan elok, bejalan la dulu.
kami mengiring dari belakang

14.padi balik jerami tinggal
sesap menjadi padang mentutu
adik balik kami tinggal
samo-samo menanggung rindu


disamping itu kalau sedang berbalas pantun, biasanya bagi yang sudah ahli akan timbul sendiri inspirasi untuk membuat pantun balasan, sehingga terkesan spontanitas. Demikianlah sastra adat jambi yang kami kemukakan disini sesuai dengan ruang lingkup yang telah disepakati oleh tim.








BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
                        Sastra sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan adala suatu hasil kreativ manusia, atau hasil karya seni yang berkaitan dengan aktivitas social masyarakat lingkungannya dalam kurun ruang dan waktunya pula. Jadi sastra itu senantiasa berkembang  menurut  waktu dan tempat serta lingkungan masyarakatnya, sedangkan Sastra adat jambi adalah termasuk sastra Melayu Kuno dalam sejarah sastra Melayu Sumatera.
                        Petetah-petitih adalah merupakan sastra adat jambi yang berisi nasihat dan pandangan-pandangan serta pedoman hidup yang baik, yang berisikan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan social dalam masyarakat.
           Begitu pun dengan Seloko adat adalah merupakan sastra adat jambi yang berisikan petuah-petuah untuk keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat.
                        Pantun adalah sastra adat jambi, yang dipergunakan untuk berkomunikasi, saling ajuk mengajuk yang dilakukan dengan berpantun. Arena yang dipakai adalah pada waktu yang berselang, kerja gontong-royong dan kerja lain bersamanya. Kesembatan ini dimanfaatkan oleh muda mudi untuk salaing berkomunikasi dan saling ajuk mengajuk. Disamping itu pantun dapat pula berupa nasihat dan pantun dapat juga dipakai untuk menjelaskan sesuatu permasalahan dan lainnya.

B.  Kritik/ Saran
      Setiap manusia tak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Bagitu pula dengan penulis dalam menyelesaikan makalah ini, mungkin jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan untuk memperbaiki makalah kami yang selanjutnya.


DAFTAR FUSTAKA

Ajip Rasidi, 1969, IKHTIYAR sejarah sastra Indinesia, JAKARTA
Austin& Rene Warren, 1995, Teori Kesusastraan, JAKARTA




























Tidak ada komentar:

Posting Komentar