BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seni sastra adat
budaya adalah merupakan suatu system komunikasi social yang telah sangat tua
dalam perkembangan dan pergaulan hidup masyarakat, bahkan sangat besar
pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat melayu jambi sastra adat budaya jambi
sebagai bagian dari sastra melayu, seperti yang kita kenal yang selalu
dikomunukasikan oleh para ahlinya dalam kesembatan-kesembatan berbagai acara,
mengandung nilai-nilai luhur yang memberikan arahan bagi keselamatan manusia
dalam menempuh kehidupannya dalam alam yang penuh pancaroba. Penuh dengan
sapaan-sapaan yang halus yang tanpa terasa akan menyentuh sanubari dan
menyadarkan kita akan kebenaran yang disampaikan para pakarnya melalui bahasa
sastra adat. yang juga didalamnya terdapat petetah-petitih, seloko, pantun adat
budaya jambi.
B. Rumusan Masalah
a. Bagai Sastra secara
umum ?
b.Jelaskan sastra adat
jambi ?
c. Jelasaka tentang
petetah-petitih, seloko dan pantun?
C. Tujuan
Tujuan penulis membuat
makalah ini dikarnakan kurangnya pemahaman kami didalam bidang pembelajarannya
untuk itu kami mencoba membahasnya, dan semoga kita memahami itu semua, Dan
juga untuk memenuhi tugas dari dosen.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.SASTRA SECARA UMUM.
1. Sastra.
Sastra
sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan adala suatu hasil kreativ manusia, atau
hasil karya seni yang berkaitan dengan aktivitas social masyarakat
lingkungannya dalam kurun ruang dan waktunya pula. Jadi sastra itu senantiasa
berkembang menurut waktu dan tempat serta lingkungan
masyarakatnya, sehingga kita mengenal adanya sastra Eropa, sastra Timur Tengah,
bahkan lebih kecil lagi sastra Arab, sastra Parsi dan lain sebagainya.
Satra Indonesia sendiri oleh para ahli sastra disebut sebagai
sastra Nusantara. Hal ini disebabkan berkenaan dengan tempat dan waktu, lainnya
sastra itu sendiri kita kenal seperti sastra melayu Riau, sastra melayu
Sumatera, sastra Jawa, sastra Sunda, Bugis dan lainnya. Sastra melayu sendiri
dibagi pula dalam periodisasi, seperti adanya sastra Melayu Kuno, sastra Melayu
lama dan sastra Moderen.
2.
Jenis
Satra.
Sastra
sebagai bagian dari kreativitas seni manusia terdapat dalam berbagai hasil
karya manusia itu sendiri terutama karya seni, seperti :
a. Karangan,
sastra dalam bentuk karangan seperti berlindung dibawah ka’bah, tenggelamnya
kapal Van Der Wijk, dan lain.
b.Sajak
seperti binatang jalangnya Chairil Anwar dan lain.
c. Hikayat,
adalah sastra Prosa yang memakai bahasa melayu, seperti Hikayat Malim Dewa,
Hikayat simiskin dan sebagainya.
d.
Drama, seni
sastra drama telah banyak kita kenal dalam seni budaya Indonesia.
Masih banyak lagi jenis satra yang
dalam kaitan dengan tulisan ini tidak akan dibahas, sesuai dengan tujuan
penulisan yang hanya akan membicarakan sastra adat jambi, yang dibatasi pula
dengan ruang lingkup penulis yang telah ditentukan.
B. SASTRA ADAT
JAMBI
Sastra adat jambi adalah
termasuk sastra Melayu Kuno dalam sejarah sastra Melayu Sumatera. Kalau kita
melihat dari pengelompokan yang dilakukan Ajip Rosidi dalam bukunya Ikhtisar
sejarah sastra Indonesia, pengelompokan itu terdiri dari masa kejadian
dengan Periodesasi, yaitu dari periode
awal sampai tahun 1933, periode
1933-1942, dan 1942-1954, dan periodesasi masa perkembangan yaitu periode
1945-1953, periode 1953-1961 hingga sampai sekarang. Sastra adat jambi telah
dikenal semejak berdirinya kerajaan melayu dijambi, karena dalam pergaulan
social dalam pemerintahan kerajaan selalu dipakai bahasa sastra. Jadi sastra
adat jambi sama tuanya dengan keberadaan kerajaan itu sendiri, sebab pada masa
itu selain dilingkungan istana dan para piyayi, dalam hubungan social ditengah
masyarakat telah dipakai bahasa sastra.
Walaupun adat sastra jambi
sudah sangat tua, namun belum ada yang dalam bentuk kodifikasi, sehingga cara
menelusurinya hanyalah melalui pendekatan dengan para nara sumber secara
langsug. Untuk itu upaya pelestariannya yang melalui penggalian dan penulisan
adalah sangat penting, agar sastra daerah tidak hilang ditelan zamannya. Sastra
adat jambi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya berkembang ditengah
masyarakat dizaman kerajaan melayu jambi, sejalan dengan perkembangan kerajaan
itu sendiri. Karena bahasa yang dipakai dalam pergaulan masyarakat sehari-hari
dan dalam pemerintahan selalu disisip dengan bahasa sastra, sebagai salah satu
cara untuk menyampaikan masalah-masalah yang bersipat tegur sapa,
peringatan-peringatan dan lain-lain.
Begitu pula dengan
upacara-upacara yang dilaksanakan dalam upacara kerajaan atau yang dilaksanakan
dengan acara adat, dialognya dilakukan dengan bahasa sastra, yang disampaikan
dalam bentuk saloko, petatah petitih dan atau pantun, pemakaian bahasa sastra
yang disisipkan dalam bahasa pergaulan, dimaksudkan agar terdengar indah dan
menyentuh, serta tidak menyinggung perasaan bagi yang terkena sasaran dari isi
yang dimaksud ungkapan itu, serta tidak terdengar kasar bahasanya oleh halayak
atau orang yang hadir pada waktu itu.
a. Jenis
sastra adat jambi
Jenis-jenis sastra adat jambi cukup beragam seperti
adanya drama Dul Muluk, Syair dan lain sebagainya, namun sesuai dengan ruang
lingkup penulis, serta manfa’at yang akan diambil dari era global sekarang,
maka yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah, petatah petitih, seluko dan
pantun. Ketiga jenis sastra adat jambi ini sudah popular ditengah masyarakat
dan dapat dikomunikasi langsung, baik antar kelompok mau pun perorangan begitu
pula dengan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat.
C.
PETATAH PETITIH
Petetah petitih adalah merupakan sastra
adat jambi yang berisi nasihat dan pandangan-pandangan serta pedoman hidup yang
baik, yang berisikan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan social dalam
masyarakat. Melalui petatah petitih orang bijak atau biasa juga disebut tuo-tuo
yaitu nenek mamak, tuo tenganai dan cerdik pandai yang mengingat agar setiap
persoalan dihadapi para anak kepenakan supaya diselasaikan dengan
sebaik-baiknya, supaya tidak ada akibat dikemudian hari. Diantara bunyi
petatah-petitih adalah :
Supayo
disisk disiangi dengan teliti
Dak
ado silang yang idak sudah,
Dak
ado kusut yang idak selsai
Dimaksudkan agar
setiap masalah yang dihadapi harus diteliti lebih dahulu, andai masih ada
masalahnya usahakan diselsaikan dengan baik, karena setiap masalah tentu ada
jalan keluarnya.
Kalau
memhat diatas baris
Kalau
mengaji lah diatas kitab.
Rumah
sudah, ganden dan pahat dak berbunyi lagi.
Artinya : setiap masalah kalau sudah
didudukkan pada tempatnya, maka tidak akan timbul lagi masalah dibelakangnya.
Untuk mendoakan dan mengharap kebahagian dan keselamatan negeri dikatakan
sebagai berikut :
Negeri
aman padi menjadi
Air
jernih ikannyo jinak,
Rumpun
mudo kerbaunyo gemuk,
Turun
kesungai cemetik keno
Naik
kedarat perangkap berisi
D.
SELOKO
Seloko
adat adalah merupakan sastra adat jambi yang berisikan petuah-petuah untuk
keselamatan dan kebaikan kehidupan bagi masyarakat. Misalnya ;
Mengenai
tanggung jawab mamak terhadap kemenakan,
Rantau
jauh diulangi,
Rantau
dekat dikedeno.
Supaya
berhati-hati dalam menyelsaikan sesuatu ;
Menark
didalam tepung,
Rambut
jangan putus
Tepung
jangan tersesak.
Berikut ini dibuatkan daftar berbagai
seloko adat jambi yang berhubungan dengan berbagai permasalahan yang mungkin
timbul ataupun yang mungkin akan timbul dimasa dating dan berbagai ansipasinya
yang diungkapkan dalam seloko.
NO
|
SELOKO
|
ARTINYA
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
|
Lelap
kemalingan, Lupo ketinggalan, sio-sio negeri alah, hal iko utang tumbuh.
Mengulu-ulu
dikampung penghulu, Merajo-rajo
Beternak
bekandang malam, bahumo dikandang siang, babuling bakawaian. Batali
batijak-tijakan, baketuk bakalo-kalo.
Ayam
hitam terbang malam, hinggap dirumpun pandan, ngokok bunyinyo.
Manuak
kawan seiring, Mengunting dalam lipatan, telunjuk lurus kelingking berkait.
Tudung
manudung bak daun sirih, taup menaup bak benak ketam, sokong menyokong bak
aur dengan tebing.
Lain
lubuk lain ikan, lain padang lain belalang
Bajalan
sampai kebateh, belayar sampai kepulau.
Kebukit
samo mendaki, kelurah samo menurun.
Masuk
kandang kambing mengembek, masuk kandang kerbau menguek.
Pucuk
dicinto ulam tibo, sumur digali aek tibo
Kuman
diseberang lautan Nampak, gajah dipelupuk mato idak keliatan.
Dimano
bumi dipijak disitu bumi dijunjung, dimano temilang dicacak disitu tanaman
tumbuh.
Maksud
hati memeluk gunung apo dayo tangan dak sampai.
Pagar
makan tanaman
Pakai
ilmu padi, kian berisi kian runduk
Arang
abih besi binasa.
Mengunting
dalam lipatan.
Cepat
kaki ringan tangan
Gayung
besambut
|
Kelalaian
manusia baik segala anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin.
Melebihi
dari yang sebenarnya.
Kewajiban
dalam beternak.
Praduga
tidak bersalah terhadap seseorang yang tidak jelas.
Penghianat/
berkhianat terhadap kawan sendiri.
Tuduhan
Perbedaan
eco pakai/pemakaian
Cita-cita
sudah sampai ( tercapai )
Satu
tujuan
Menampakkan
diri ditenga-tengah masyarakat
Keberuntungan
Kesalahan
orang saja yang dicari
Penyesuaian
diri
Cita-cita
yang tidak sampai.
Yang
dipercayai berkhianat
Rendah
hati.
Pekerjaan
yang sis-sia.
Menganiaya
kawan sendiri
Rajin
Silat
yang punyo lawan
|
E. PANTUN ADAT
JAMBI
Pantun
adalah sastra adat jambi, yang dipergunakan untuk berkomunikasi, saling ajuk
mengajuk yang dilakukan dengan berpantun. Arena yang dipakai adalah pada waktu
yang berselang, kerja gontong-royong dan kerja lain bersamanya. Kesembatan ini
dimanfaatkan oleh muda mudi untuk salaing berkomunikasi dan saling ajuk
mengajuk. Disamping itu pantun dapat pula berupa nasihat dan pantun dapat juga
dipakai untuk menjelaskan sesuatu permasalahan dan lainnya.
Dibawah ini dituliskan beberapa pantu yang
popular dalam pergaulan masyarakat adat jambi, sebagai berikut.
1.Berapa tinggi kayu
ditungkal,
Lebih tinggi kayu
dijambi,
Betapa sedih adik yang
tinggal
Lebih sedih kami yang
pegi
2.
Arang sapat debunya rintik
Cempedak dapat dipadan pisang
Orang
beradat lakunnya baik
Idak
beradat sapanyo hilang
3.Pulau
kulupuk tempat ditebat
Iakan
ditebat mati ditubo
Kalau
hidup tidak beradat
Ibarat
sungai jatuh kemuaro
4.Dedap
dipaku melindung padi
Pagar
kelukup tempat menampi
Adat
itu membangun budi
Supaya
hidup itu serasi
5.
Sifat jerami dapat dibalik
Asap
menanti marak, marak menanti reda.
Adat
jambi sangat lah baik.
Adat
bersandi syara, syarak bersendi kitabullah.
6.Hari
jum’at mari semarak
Ketupat
nasi dibeli dipekan
Biar
kiamat bumi dipijak
Adat
nan kawi jangan dilupakan
7.pohon
beringin di tepi surau
tempat
rantau tebing berombak
hati
ingin hendak kepulau
pengayuh
ada peahu tidak
8.laying-layang
terbangan melayang.
hinggap
diranting kayu jati
idak
sedih piala menghilang
kami
bertekad rebut kembali
9.hujan
nan tidak lebat
tidak
basah diatas bumi
biar
ubai asal selamat
supayo
dapat nan dihati
10.bukan
kacang sembarang kacang
kacang
tumbuh diperigi rajo
bukan
dating sembarang datang
datang
beradat berlembago
11.Terbang
serik terbanglah mumpo
terbang
sebatang buluh pipi
sayang
dek adik tak pernah lupo
tidur
sekejap menjadi mimpi
12.
sungai aro dipukul rebut
apo
lagi didusun pelayang
di
mulut nago lagi direbut
apo
lagi ditangan orang
13.ikan
seburuk ikan mentutu
ikan
sengiring dibawah batang
kalau
itu nan elok, bejalan la dulu.
kami
mengiring dari belakang
14.padi
balik jerami tinggal
sesap
menjadi padang mentutu
adik
balik kami tinggal
samo-samo
menanggung rindu
disamping
itu kalau sedang berbalas pantun, biasanya bagi yang sudah ahli akan timbul
sendiri inspirasi untuk membuat pantun balasan, sehingga terkesan spontanitas.
Demikianlah sastra adat jambi yang kami kemukakan disini sesuai dengan ruang
lingkup yang telah disepakati oleh tim.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra sebagai suatu
cabang ilmu pengetahuan adala suatu hasil kreativ manusia, atau hasil karya
seni yang berkaitan dengan aktivitas social masyarakat lingkungannya dalam
kurun ruang dan waktunya pula. Jadi sastra itu senantiasa berkembang menurut
waktu dan tempat serta lingkungan masyarakatnya, sedangkan Sastra adat
jambi adalah termasuk sastra Melayu Kuno dalam sejarah sastra Melayu Sumatera.
Petetah-petitih adalah
merupakan sastra adat jambi yang berisi nasihat dan pandangan-pandangan serta
pedoman hidup yang baik, yang berisikan petunjuk-petunjuk dalam melakukan hubungan
social dalam masyarakat.
Begitu pun dengan Seloko adat adalah
merupakan sastra adat jambi yang berisikan petuah-petuah untuk keselamatan dan
kebaikan kehidupan bagi masyarakat.
Pantun adalah sastra
adat jambi, yang dipergunakan untuk berkomunikasi, saling ajuk mengajuk yang
dilakukan dengan berpantun. Arena yang dipakai adalah pada waktu yang
berselang, kerja gontong-royong dan kerja lain bersamanya. Kesembatan ini
dimanfaatkan oleh muda mudi untuk salaing berkomunikasi dan saling ajuk
mengajuk. Disamping itu pantun dapat pula berupa nasihat dan pantun dapat juga
dipakai untuk menjelaskan sesuatu permasalahan dan lainnya.
B. Kritik/ Saran
Setiap manusia tak ada yang sempurna
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Bagitu pula dengan penulis dalam
menyelesaikan makalah ini, mungkin jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan untuk memperbaiki
makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR FUSTAKA
Ajip Rasidi, 1969, IKHTIYAR sejarah sastra
Indinesia, JAKARTA
Austin& Rene Warren, 1995, Teori Kesusastraan,
JAKARTA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar