Minggu, 25 Januari 2015

Mengatasi Kesulitan Belajar

BAB  I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

            Membimbing anak didik tidak sama dengan kita membimbing anak yang pandai. Pada umumnya mereka dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari yang diperkirakan sebaliknya anak yang bodoh (kesulitan dalam belajar) mereka lebih banyak membutuhkan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk anak-anak normal. Sebagai akibatnya, anak-anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar dan ini pula sebagai salah satu sebab tinggal kelas. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus. Atau perlu bimbingan dari guru antara lain melalui penempatan pada kelas-kelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran.
B.   Tujuan Pembahasan
            Tujuan penulisan dan pembahasan materi ini supaya siswa khususnya anak-anak yang kesulitan belajar bisa membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik didalam situasi belajar. Sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien  sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembangan yang optimal. Dalam hal ini seorang guru sangat berperan aktif dalam membimbing anak yaitu dengan cara membantu murid untuk mengatasi dan menghilangkan rasa rendah diri, rasa takut atau cemas, dan juga memahami murid dan membantunya untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas pribadinya secara menyeluruh.
C.  Rumusan Masalah
1.                   Kurangnya minat belajar siswa.
2.       Seringnya siswa bermain di jam pelajaran.
3.       Kurangnya disiplin dalam mentaati  tata tertib sekolah.

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 







BAB  II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Pengertian kesulitan belajar

                 Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan inividual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Dalam keadaan di mana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.[1]
                 Kesulitan belajar ini tidak selalu  disebabkan karena faktor inteligensi        yang rendah (kelainan mental), akan tetapi dapat juga disebabkan oleh  faktor-faktor non inteligensi dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar.
                 Oleh karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para guru perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar.
B.  Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
                   Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam 2  ( dua ) golongan yaitu[2] :
1.    Faktor intern (Faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi :
             a.      Faktor Fisiologi
Ø  Karena sakit
seorang yang sakit  akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan mororisnya lemah.
Ø  Karena kurang sehat
Ø  Karena cacat tubuh
             b.      Faktor psikologi
                      yang termasuk dalam faktor  psikologi yaitu :
Ø  Inteligensi
Ø  Bakat
Ø  Minat
                         Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar.[3]
Ø  Motivasi dan faktor kesehatan mental
2.      Faktor Ekstern (Faktor dari luar manusia) meliputi
         a.    Faktor-faktor non sosia.
·         Faktor orang tua
·         Faktor suasana rumah / keluarga
·         Faktor Ekonomi
         b.   Faktor-faktor sosial
·         Guru
·         Faktor / Alat / Media-media belajar yang kurang lengkap
·         Faktor gedung
·         Faktor kurikulum
·         Waktu sekolah dan disiplin kurang[4]
C.     Usaha Mengatasi Kesulitan belajar
         Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar oleh karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
         Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui. 6 tahab yaitu[5] :
1.       Pengumpulan data
2.       Pengolahan data
3.       Diagnosa
4.       Prognosa
5.       Treatment / Perlakuan
6.       Evaluasi
D. Peranan Guru dalam Proses Belajar
      Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong anak untuk senantiosa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai  sumber dan media, guru hendaknya mampu membantu setiap anak secara efektif, dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media belajar, hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Untuk itu ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memiliki bahan, memiliki metode, menetapkan evaluasi sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif dan efesien. Dengan demikian proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.














BAB  III
PEMBAHASAN
A.  Kurangnya Minat Belajar Siswa.
                Belajar merupakan perubahan tingkah laku dimana perubahan itu mengarah pada tingkah laku yang baik, belajar merupakan proses latihan atau pengalaman[6]. Masalah belajar adalah inti dari kegiatan disekolah. Sebab semua disekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut.
                Oleh karena itu memberikan pelayanan, bimbingan disekolah berarti pula memberikan pelayanan belajar bagi siswa. Beberapa cara meningkatkan minat belajar antara lain :
1.       Mengumpulkan, mengatur dan memanfaatkan informasi yang berhubungan dengan masalah kesulitan anak didalam belajar.
2.       Menyembangkan pada siswa, pengertian dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menemukan informasi-informasi.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam bimbingan yaitu :
a.       Menentukan masalah
b.       Mengumpulkan data
c.       Analisa data
d.      Diagnosa
e.       Prognosa
f.        Treatment/terapi
g.       Follow up/tindak lanjut
      Teknik-teknik dalam bimbingan[7]
      Teknik bimbingan dapat di bagi dalam 2 kelompok yaitu :
1.      Teknik individual terdiri dari
a.    Directive counseling
                   dengan teknik pelayanan penyuluhan tertuju pada masalahnya, counselor yang membuka jalan pemecahan masalah yang di hadapai klien.
             b.      non  di rective counseling.
                   Dengan prosedur ini pelayanan bimbingan difakuskan pada anak yang bermasalah (klien) maka juga disebut” clien centeret counseling.
             c.    Eclectve counseling
                   Pelayanan tidak dipusatkan pada penyuluh atau pada klien. Tetapi, masalah yang dihadapi itulah yang harus di tangani secara luwes.
      2.   Teknik kelompok,terdiri dari :
             a.    Home room program.
                   Kegiatan bimbingsn dilakukan oleh guru bersama murid didalam ruang kelas diluar jam pelajaran.
             b.   Flel trip (karya wisata).
                   Dalam bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak mengantungkan.
             c.    diskusi kelompok
             d.      Kegiatan bersama
             e.    Organisasi. murid
                   Kegiatan organisasi siswa misalnya osis sangat membantu proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.
             f.    Sosiodrama
             g.      Upacaras
             h.      Papan bimbingan
                   Papan tulis yang dipasang diluar kelas dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persinggahan murid-murid diwaktu senggang.
B.    Seringnya siswa bermain di jam pelajaran.
                  Mengapa di SMA Negeri 6 Merangin masih banyak siswa dan siswi yang banyak berkeliaran di jam pelajaran ?
      Minat belajar siswa yang masih rendah, yang berawal dari input siswa yang masuk ke SMA Negeri 6 Merangin sangat rendah mutunya, hal ini yang mengakibatkan banyak anak yang sulit menerima pembelajaran dan sering berkeliaran di jam pelajaran. Memang diakui di kota Bangko jalur transportasi masih mengandalkan transportasi  Ojek dan siswa - siswi SMA Negeri 6 Merangin masih banyak yang naik Ojek, tentu ini membutuhkan biaya besar, yang biayanya tak semurah bila memakai jasa transportasi angkot, dan dari data anak-anak yang masuk menjadi siswa dan siswi SMA Negeri 6 Merangin, ekonomi orang tuanya berada dikelas menengah kebawah. Disamping itu budaya naik pindah yang terjadi dikalangan siswa dan siswi di Merangin juga ikut menjadi salah satu pemicu keengganan belajar siswa.[8]
     
      Lantas Bagaimana agar  siswa tidak berkeliaran di jam pelajaran dan mau mengikuti pelajaran dikelas ?
      Siswa dan siswi SMA Negeri 6 Merangin sebenarnya sudah ada aturannya apabila mereka berkeliaran di jam pelajaran akan diberi sanksi yang berat. Dan pihak sekolah telah jauh jauh hari melakukan tindakan preventif dengan pihak kantin, karena siswa yang hadir disekolah kebanyakan mereka nongkrong di kantin sekolah, dengan memberi aturan kantin harus tutup dan tidak melayani siswa yang berbelanja dikantin saat pembelajaran berlangsung. Dan setelah pihak kantin mengindahkan himbaun sekolah kini pembelajaran di SMA Negeri 6 Merangin berjalan dengan baik, dan siswa tidak ada yang berkeliaran lagi di jam pelajaran.[9]


      Kami juga mewancara guru PAI tentang hasil observasi kami dilapangan. agaimana solusinya dari segi keagamaan pak. ?
      Siswa dan siswi SMA Negeri 6 Merangin selalu diberi siraman rohani dan revolusi mental tentang pentingnya pembelajaran dan selalu diberi nasehat agama. Agar siswa dan siswi selalu belajar dengan baik.[10]

C.     Kurangnya disiplin dalam mentaati  tata tertib sekolah.
Mengapa siswa dan siswi SMA Negeri 6 Merangin terkesan cuek dan kurang mematuhi peraturan sekolah pak, apa tidak ada sosialisasi  tentang tata tertib sekolah kepada siswa dan siswi. ?
Sebenarnya siswa dan siswi SMA Negeri 6 Merangin sudah disosialisasikan tentang tata tertib sekolah, siswa cuek dan terkesan mengabaikan tata tertib sekolah, pihak sekolah dan pengelola sekolah kurang kompak dalam menegakkan disiplin sekolah terutama pelanggaran pelanggaran berat yang dilakukan oleh anak-anak pejabat yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan di Bumi tali undang tambang teliti atau  yang melibatkan siswa yang masih kerabat pengelola sekolah itu sendiri. Namun saat ini di SMA Negeri 6 Merangin Tata tertib sudah ditegakkan dan tidak tebang pilih lagi dalam menegakan kedisplinan, siapapun yang bersalah harus diberi hukuman tanpa memandang dari latar belakang kehidupan siswa yang bersangkutan. Di samping itu kurangnya guru bimbingan konseling yang kurang dengan porposi siswa 825 orang siswa guru BP/BK cuma 2 orang.[11]


















BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
                Dalam membimbing anak-anak yang keselutihan dalam belajar seorang guru harus mampu membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya yang dihadapinya.
                Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
·         Faktor intern (Faktor dari dalam diri manusia itu sendiri)
·         Faktor Ekstern (Faktor dari luar manusia)
                Langkah-langkah dalam menimbang anak-anak didik yaitu :
·         Menentukan masalah
·         Mengumpulkan data
·         Analisa data
·         Diagnosa
·         Program
·         Tetapi dan tindak lanjut
B. Saran-saran
             Dalam hal membimbing anak atau memberikan penyuluhan kepada anak hendaknya Guru mendorong membina gairah belajar dan Partipasi siswa  secara aktif dan juga guru harus membimbing anak-anak yang bermasalah misalnya. Nakal, anak bodoh, disini kita perlu untuk melatih dan memberikan dorongan pada anak didik.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono Drs, Psikologi belajar, Penerbit Rineka Cipta Jakarta 2004.
M. Ngalim Purwanto, MP. Drs. Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991

Wawancara dengan Pak Ishak Nasution, S.Pd. MM. Wakil Kepala Sekolah dan Guru BP/BK di SMA Negeri 6 Merangin. Sekaligus kegiatan Observasi ke SMA Negeri 6 Merangin.

Wawancara dengan Pak Drs. Abdul Gafar Guru PAI SMA Negeri 6 Merangin

Wawancara dengan Pak Iman Sukiman N, S.Pd. Guru Bidang studi Bahasa Inggris, SMA Negeri 6 Merangin





[1] Drs.H.Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004 hal 77
[2] Drs.H.Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar hal 78
[3]Wawancara dengan Pak Ishak Nasution, S.Pd. MM. Wakil Kepala Sekolah dan Guru BP/BK di SMA Negeri 6 Merangin. Sekaligus kegiatan Observasi ke SMA Negeri 6 Merangin.tanggal 17 Desember  2014

[4]Wawancara dengan Pak Ishak Nasution, S.Pd. MM. Wakil Kepala Sekolah dan Guru BP/BK di SMA Negeri 6 Merangin.
[5]Drs.H.Abu Ahmadi, Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar hal 96
[6] Drs. M. Ngalim purwanto MP, Psikologi Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.1991 hal. 85
[7] http://kesulitan-belajar-siswa.blogspot.com
[8] Wawancara dengan Pak Ishak Nasution, S.Pd. MM. Wakil Kepala Sekolah dan Guru BP/BK di SMA Negeri 6 Merangin. Tanggal 12 Januari 2015, setelah ada revisi pembahasan.
[9] Wawancara dengan Pak Ishak Nasution, S.Pd. MM. Wakil Kepala Sekolah dan Guru BP/BK di SMA Negeri 6 Merangin. Tanggal 12 Januari 2015
[10] Wawancara dengan Drs. H. Abdul Gafar guru PAI SMAN 6 Merangin
[11] Wawancara dengan pak Iman Sukiman N, S.Pd. Guru Bahasa Inggris SMAN 6 Merangin. Sekaligus perwakilan dari orang tua siswa yang anaknya bersekolah di SMAN 6 Merangin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar