Senin, 19 Januari 2015

Metodik PAI

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Belakang Masalah
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Tanpa ada kurikulum proses pembelajaran tidak akan berhasil yang baik, bagai kapal tanpa nahkoda. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan, khususnya kurikulum Pendidikan Agama Islam, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum tersebut sama-sama membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal dalam pendidikan.

Agar tujuan dari suatu kurikulum PAI  dapat benar-benar tercapai, maka perlu adanya suatu pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada landasan-landasan serta prinsip-prinsip yang berlaku. Hal ini mengingat bahwa suatu kurikulum tersebut diharapkan dapat memberikan landasan dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat serta dapat menjadi siswa yang beriman dan bertakwa.
Pemberlakuan Undang-undang No. 22 tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi yang lebih menyeluruh, tentunya hal ini juga menyangkut pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu upaya mengelola dan meningkatkan sumber daya manusia, pemerintah harus memiliki keperdulian untuk memperbaiki perencanaan, pengelolaan, dan penyelenggaraan pendidikan diwilayahnya masing-masing. Selain itu tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan negara-negara maju. Upaya ke arah ini kini sudah diwujudkan dengan konsep pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik ke desentralistik.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan ini diarahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, Landasan hukum tersebut mengamanatkan agar kurikulum pendidikan bagi tingkat dasar dan tingkat menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hal ini harus diwujudkan dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian daerah atau sekolah memiliki kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar. Seiring dengan adanya upaya untuk memberdayakan peran serta daerah dan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan, Pemerintah telah memberlakukan otonomi dalam bidang pendidikan yang diwujudkan dalam PP No 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa pemerintah (pusat) memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum dan penilaian hasil belajar secara nasional, hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana didaerah terutama didaerah tingkat II dan sekolah.
B.   Rumusan Masalah
       a.   Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam ?
       b.   Apa Tujuan Pendidikan Islam ?
       b.   Bagaimana Implementasi Pendidikan Islam ?
C.   Tujuan Penulisan.
             Agar mahasiswa  mengerti akan konsep, tujuan dan implementasi Pendidikan Agama Islam, sebagai bekal pengetahuan bagi mahasiswa untuk dijadikan pedoman dalam mengajar mata pelajaran PAI.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Konsep dan Pendidikan
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu. Dalam kamus Bahasa Indonesia,  konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya. Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW.
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan).
Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad. Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai dengan ukuran-ukuran Islam.
B.     Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan Manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai Hamba Allah.  Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah membentuk pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang taat, tunduk dan patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan Islam juga berorientasi kepada perwujuan suatu sikap yang selalu menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang selalu mengawasi setiap makhluknya. Oleh karenaya, jika ini terwujud, maka akan terlahirlah bibit-bibit manusia yang bertaqwa dan beriman dan selalu berada dijalan yang benar dengan kehidupan bahagia dunia dan akhirat.
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap anak.
C.     Implementasi Pendidikan Islam.
Pendidikan Agama Islam  merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan Nasional, tidak terkecuali di Sekolah Negeri maupun Swasta (Departemen Agama, 1999: 87). Kalau kita lihat dalam GBPP PAI tahun 1994 disebutkan bahwa tujuan PAI di sekolah umum adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada tingkat Sekolah, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) mencakup usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara:
a) Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b) Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya
Dan bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), meliputi 7 (tujuh) unsure pokok, yaitu: unsur keimanan, unsur ibadah, unsur Al-Qur’an, unsure akhlak, unsur syari’ah, unsur mu’amalah dan unsur tarikh. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa PAI harus mampu mengembangkan dan mewujudkan tiga aspek pendidikan secara tuntas atas diri para siswa, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga para siswa dapat mengaktualisasikan nilai-nilai agama diluar sekolah dengan baik, dan di sekolah mereka bisa mendapat nilai delapan  sampai Sembilan . Angka tersebut oleh Syaiful Bahri dikategorikan berprestasi sangat baik.
Beliau membagi taraf keberhasilan PBM atas 4 kategori, yaitu:
1.   Istimewa, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai siswa.
2.   Baik sekali, apabila sebagian besar (76% - 99%) dapat dikuasai siswa.
3.   Baik, apabila bahan pelajaran hanya dapat dikuasai siswa antara 60% -
      65%.
4.   Kurang, apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
      siswa (Syaiful Bahri Djamaroh dan Azwan Zain, 1997: 121-122).
Adapun pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah, sesuai dalam Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah  tahun 1994, disebutkan ada 5 (lima) pendekatan yang pada dasarnya dilaksanakan melalui kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, yaitu:
1.      Pendekatan Pengalaman, yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini, peserta didik diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan,baik secara individual maupun kelompok.
2.      Pendekatan Pembiasaan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini peserta didik dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan seharihari. Untuk itu, maka metode mengajar yang harus dipertimbangkan adalah metode latihan (drill), pelaksanaan tugas, demonstrasi dan pengalaman langsung di lapangan.
3.      Pendekatan Emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan peserta didik agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT. dan kebenaran ajaran agamanya. Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain metode ceramah, bercerita dan sosio drama.
4.      Pendekatan rasional, yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran ajaran agamanya, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi ajaran agama. Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian tugas.
5.      Pendekatan Fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada segi-segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Materi yang dibahas, dipilih sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan peserta didik di masyarakatnya. Untuk itu, metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (Departemen Agama, 1994/1995: 14).
Sangat disayangkan bahwa, peran PAI di Sekolah  yang sangat signifikan tersingkirkan dengan rendahnya antusiasme para peserta didik dan para pengajar. Kesan monoton, tidak berbobot pada kelulusan, “kurang berharga”; apalagi jika disandingkan dengan mata pelajaran yang diujikan di UNAS, sudah sangat melekat pada PAI di Sekolah. Akibatnya, PAI seakan tidak berhasil mencetak kader yang beriman dan bertakwa, dan biasanya lulusan Sekolah hanya memiliki prestasi namun tingkah laku dan pengetahuan agama mereka sangat rendah. Masalah implementasi PAI di Sekolah tidak berhenti hanya di sini, akan tetapi masih banyak lagi dan harus segera dipecahkan agar tujuan pelaksanaan PAI di Sekolah berhasil dengan baik.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan.
              Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap anak.




DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta: 1976

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992

Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I. terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang. 1999

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999

Islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_9844htm. Diakses tanggal 10 Mei  2014.









































































A.    Konsep Dasar Utama Pendidikan Islam.
Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah Nabi. Di atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik tolaknya dimulai  dari konsep manusia menurut Islam. Menurut Haidar Putra daulay dasar pendidikan Islam adalah suatu konsep yang menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun yang tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang berperan sebagai subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan mampu memahami konsep dasar pendidikan Islam. Untuk dapat memahaminya, maka diperlukan sebuah metode pembelajaran yang efektif dan efesien serta adanya sarana dan fasilitas yang sesuai.
Keberadaan manusia di atas permukaan bumi ini merupakan satu bukti kekuasaan allah, oleh karenanya pendidikan islam menuntun untuk menjadikan setiap insan manusia menjadi manusia yang sesungguhnya yaitu manusia yang selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan pencapaian kehidupan yang bahagia baik di dunia dan akhirat.
B.     Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan Manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai Hamba Allah.  Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah membentuk pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang taat, tunduk dan patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan Islam juga berorientasi kepada perwujuan suatu sikap yang selalu menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang selalu mengawasi setiap makhluknya. Oleh karenaya, jika ini terwujud, maka akan terlahirlah bibit-bibit manusia yang bertaqwa dan beriman dan selalu berada dijalan yang benar dengan kehidupan bahagia dunia dan akhirat.













BAB I
PENDAHULUAN

 A.   Pendahuluan
Petunjuk pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
 Al-Qur’an mengintroduksikan dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa: 19)
 وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِن ٌ فَأُوْلَائِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورا ً
 “Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
 Petunjuk-petunjuknya bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak cukup untuk menggambarkannya, hingga datang Rasulullah yang membawa mereka untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi pengetahuan.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151. Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan metafisika dan fisika.
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur’an yang akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan surat Luqman ayat 13-14.

B.  Rumusan Masalah
1.      Pengertian Konsep dan Pendidikan?
2.      Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an?
3.      Bagaimana Tafsir Ayat Tentang Pendidikan?
























BAB II
PEMBAHASAN

B.   Pengertian Konsep dan Pendidikan
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya.
Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw.
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai: “bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan (diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad.
Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai dengan ukuran-ukuran Islam.

B.   Konsep Pendidikan Menurut Al-Qur’an
Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
 “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
 Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. Sedangkan Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah
Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
 قَالَ يَاقَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلاَلَة ٌ وَلَكِنِّي رَسُول ٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
  “ Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
Pendidikan diistilahkan dengan  ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik (Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003: 125). Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
  “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik (Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong. Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan 32:
 وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَاؤُلاَء إِنْ كُنتُمْ صَادِقِينَ
  “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”


 قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
 “ Mereka menjawab, “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah.

C.   Ayat-ayat lain yang berhubungan dengan pendidikan
 1.   Surat al-Baqarah ayat 129
 رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولا ً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

  “ Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Penjelasan dari ayat diatas, makna Dia yakni Allah mengajar Adam nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi potensi  untuk mengetahui nama atau fungsi dan karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin dan sebagainya. Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada manusia (anak-anak) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi mengajarnya terlebih dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa, ini mama, itu pena, itu pensil dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh para ulama dari firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya.
Bagi ulama-ulama yang memahami pengajaran nama-nama kepada Adam As, dalam arti mengajarkan kata-kata, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa kepada beliau dipaparkan benda-benda itu, dan pada saat yang sama beliau mendengar suara yang menyebut nama benda yang dipaparkan itu. Ada juga yang berpendapat bahwa Allah mengilhamkan kepada Adam As nama benda itu pada saat dipaparkannya sehingga beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada masing-masing benda nama-nama yang membedakannya dari benda-benda yang lain. Pendapat ini lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata mengajar karena mengajar tidak selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau idea, tetapi dapat juga berarti mengasah potensi yang dimilki peserta didik sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka pengetahuan.
Apapun tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga mengantarkannya untuk mengetahui. Kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan.
Kata al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam dan mim dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan keraguan. Allah Swt menamai dirinya “alim karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang sekecil-kecilnya apapun.
   Pengetahuan semua makhluk bersumber dari pengetahuan-Nya. “Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.”
Melalui informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang dianugerahkan Allah Swt kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui segala sesuatu dari benda-benda dan fenomena alam merupakan bukti kewajaran Adam As menjadi khalifah di muka bumi ini.
Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah Swt, yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi yang dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama untuk mengelola bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengetahuan, maka tugas kekhalifahan manusia akan gagal, walau dia tekun beribadah kepada Allah Swt, serupa dengan sujud dan ketaatan malaikat. Akhirnya, Allah Swt, bermaksud menegaskan bahwa bui tidak dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid tetapi dengan amal ilmiah dan ilmu amaliyah.
 2.   Surat al-Baqarah ayat 151
 كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولا ً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim As supaya Allah menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang menyampaikan pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada kesuciannya. Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam raya yang diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat, serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran, kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya. Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah, yakni membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna dan pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1, 2002, 361).
 3.   Surat Luqman ayat 13
 وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِه ِِ وَهُوَ يَعِظُه ُُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيم
Dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim As supaya Allah menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul yang menyampaikan pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali kepada kesuciannya. Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus membacakan kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan, maupun alam raya yang diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan al-Kitab yaitu al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat, serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran, kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian perurutannya. Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan tuntunan Allah, yakni membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk mengajarkan makna dan pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan kesucian jiwa, melalui pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari kelompok mereka, membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan intuisi.
 Secara garis besar nasehat dalam ayat tersebut berisi tentang hal-hal berikut:
1.      Masalah ketauhidan, yaitu larangan menyekutukan Allah. Walaupun seandainya perintah menyekutukan Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah tersebut tetap harus ditolak.
2.      Kewajiban anak untuk berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun dan lemah lembut.
3.      Menyangkut misi utama kemanusiaan, yaitu berupa kewajiban menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
4.      Membangun hubungan manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam pergaulan, serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Isi nasehat ketiga diatas mengantarkan pada kejelasan makna bahwa ada patokan fundamental tentang pendidikan dalam al-Qur’an. Pendidikan dapat disimpulkan sebagai suatu peristiwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi dialogis antara manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan konsep pendidikan menurut Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki anak didik yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam sosok manusia seutuhnya.


BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151 menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat 13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua terhadap anak.






DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta: 1976
 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu
 --------, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998
 Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992
 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
 Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
 Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
 Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
 Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005
 Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol. 1
 --------, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
 -------, Membumikan Al-Qur’an, Bandung, Mizan: 1994
 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
 
2 comments:
Sigit Arif Anggoro said...

 terimakasih,,
izin menukil,,
 22 April 2013 08:53
el mudhoffar said...

 mkasih,,
 26 September 2013 20:05

Post a Comment
Links to this post

Create a Link
Newer Post
Older Post
Home
 Subscribe to: Post Comments (Atom)



About Me
 Sam Senyum 

View my complete profile      Blog Archive
▼  2013 (15)
 ►  October (1)
 ►  April (3)
 ►  March (1)
▼  February (3)
MASA REMAJA
9 Metode Pendidikan
Konsep Pendidikan Menurut Islam
 ►  January (7)
 ►  2012 (2)
 ►  2011 (2)
Total Pageviews
 17,604

 Travel template. Template images by 5ugarless. Powered by Blogger.




 Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Rineka cipta, 2009
 Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha, Mesir: al-Halabi, 1975
 _____________
[1] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta: Rineka cipta, 2009), h. 6
[2] Ibid, h. 7
[3] Ibid, h. 7
[4] Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha (Mesir: al-Halabi, 1975), h.22-25
[5] As Syaibany 1975, h. 292
[6] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia, h. 8          


Penulis: Ibrahim MA
 Judul Makalah: Makalah Konsep Pendidikan Islam
Semoga Makalah ini memberi manfaat bagi anda, tidak ada maksud apa-apa selain keikhlasan hati untuk membantu anda semua. Jika terdapat kata atau tulisan yang salah, mohon berikan kritik dan saran yang membangun. Jika anda mengcopy dan meletakkannya di blog, sertakan link dibawah ini sebagai sumbernya :


Silahkan dibagikan melalui:









Newer Post
Older Post

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar