BAB
I
PENDAHULUAN
A. Belakang Masalah
Kurikulum
merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh
kegiatan pendidikan. Tanpa ada kurikulum proses pembelajaran tidak akan
berhasil yang baik, bagai kapal tanpa nahkoda. Mengingat pentingnya kurikulum
dalam pendidikan, khususnya kurikulum Pendidikan Agama Islam, maka penyusunan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum
tersebut sama-sama membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum
yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal dalam
pendidikan.
Agar tujuan
dari suatu kurikulum PAI dapat
benar-benar tercapai, maka perlu adanya suatu pengembangan kurikulum yang
berdasarkan pada landasan-landasan serta prinsip-prinsip yang berlaku. Hal ini
mengingat bahwa suatu kurikulum tersebut diharapkan dapat memberikan landasan
dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai dengan
tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat serta dapat menjadi siswa yang
beriman dan bertakwa.
Pemberlakuan
Undang-undang No. 22 tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan
otonomi daerah dan wawasan demokrasi yang lebih menyeluruh, tentunya hal ini
juga menyangkut pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu upaya mengelola dan
meningkatkan sumber daya manusia, pemerintah harus memiliki keperdulian untuk
memperbaiki perencanaan, pengelolaan, dan penyelenggaraan pendidikan diwilayahnya
masing-masing. Selain itu tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan juga
perlu dipertimbangkan agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan
negara-negara maju. Upaya ke arah ini kini sudah diwujudkan dengan konsep
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dari sentralistik ke desentralistik.
Desentralisasi
pengelolaan pendidikan ini diarahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional Pendidikan, Landasan
hukum tersebut mengamanatkan agar kurikulum pendidikan bagi tingkat dasar dan
tingkat menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi
(SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hal ini harus
diwujudkan dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah. Dengan demikian
daerah atau sekolah memiliki kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal
yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai
keberhasilan suatu proses belajar dan mengajar. Seiring dengan adanya upaya
untuk memberdayakan peran serta daerah dan masyarakat dalam pengelolaan
pendidikan, Pemerintah telah memberlakukan otonomi dalam bidang pendidikan yang
diwujudkan dalam PP No 25 tahun 2000 pasal 2 ayat 2 yang menyatakan bahwa
pemerintah (pusat) memiliki kewenangan dalam menyusun kurikulum dan penilaian
hasil belajar secara nasional, hal-hal yang berhubungan dengan implementasinya
dikembangkan dan dikelola oleh pelaksana didaerah terutama didaerah tingkat II dan
sekolah.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam ?
b. Apa Tujuan Pendidikan Islam ?
b. Bagaimana Implementasi Pendidikan Islam ?
C. Tujuan Penulisan.
Agar
mahasiswa mengerti akan konsep, tujuan
dan implementasi Pendidikan Agama Islam, sebagai bekal pengetahuan bagi
mahasiswa untuk dijadikan pedoman dalam mengajar mata pelajaran PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konsep dan Pendidikan
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu. Dalam kamus
Bahasa Indonesia, konsep diartikan
dengan (1) rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang
diabstrakkan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses
ataupun yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu
pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan
dengan arti sesungguhnya. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf
Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam
yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk
hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis pahitnya. Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian
secara lebih tehnis, pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan,
tuntunan dan usulan) oleh subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran,
perasaan, kemauan, intuisi), dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi
tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi
sesuai ajaran Islam. Pendidikan Islam adalah suatu proses pembentukan individu
berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad SAW.
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam
se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai:
“bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.” Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan
antara pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan
secara umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang
dipindahkan (diajarkan).
Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari
sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad. Jadi, pendidikan
Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan rohani berdasarkan
ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian muslim sesuai
dengan ukuran-ukuran Islam.
B.
Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan
Manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai Hamba Allah. Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama
adalah membentuk pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang
taat, tunduk dan patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan Islam juga
berorientasi kepada perwujuan suatu sikap yang selalu menghadirkan Allah
sebagai Tuhan yang selalu mengawasi setiap makhluknya. Oleh karenaya, jika ini
terwujud, maka akan terlahirlah bibit-bibit manusia yang bertaqwa dan beriman
dan selalu berada dijalan yang benar dengan kehidupan bahagia dunia dan
akhirat.
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut
al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa
Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan
selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama
menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan
proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta
didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada
pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada
ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151
menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan
pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat
13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua
terhadap anak.
C.
Implementasi
Pendidikan Islam.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang
harus diajarkan di setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan Nasional, tidak
terkecuali di Sekolah Negeri maupun Swasta (Departemen Agama, 1999: 87). Kalau
kita lihat dalam GBPP PAI tahun 1994 disebutkan bahwa tujuan PAI di sekolah
umum adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada tingkat Sekolah, ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam (PAI) mencakup usaha untuk mewujudkan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara:
a) Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b) Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c) Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya
Dan bahan pengajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI), meliputi 7 (tujuh) unsure pokok, yaitu: unsur keimanan, unsur
ibadah, unsur Al-Qur’an, unsure akhlak, unsur syari’ah, unsur mu’amalah dan
unsur tarikh. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa PAI harus mampu mengembangkan
dan mewujudkan tiga aspek pendidikan secara tuntas atas diri para siswa, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga para siswa dapat mengaktualisasikan
nilai-nilai agama diluar sekolah dengan baik, dan di sekolah mereka bisa
mendapat nilai delapan sampai Sembilan .
Angka tersebut oleh Syaiful Bahri dikategorikan berprestasi sangat baik.
Beliau membagi taraf keberhasilan PBM atas 4 kategori, yaitu:
1. Istimewa, apabila
seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai siswa.
2. Baik sekali, apabila
sebagian besar (76% - 99%) dapat dikuasai siswa.
3. Baik, apabila bahan
pelajaran hanya dapat dikuasai siswa antara 60% -
65%.
4. Kurang, apabila bahan
pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai
siswa (Syaiful Bahri
Djamaroh dan Azwan Zain, 1997: 121-122).
Adapun pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum Pendidikan Agama
Islam (PAI) di Sekolah, sesuai dalam Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan
Agama Islam (PAI) Sekolah tahun 1994,
disebutkan ada 5 (lima) pendekatan yang pada dasarnya dilaksanakan melalui
kegiatan intra dan ekstra kurikuler yang satu dengan yang lainnya saling
melengkapi, yaitu:
1.
Pendekatan
Pengalaman, yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan. Dengan pendekatan ini, peserta didik
diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman keagamaan,baik secara individual
maupun kelompok.
2.
Pendekatan
Pembiasaan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini peserta didik
dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara
kelompok dalam kehidupan seharihari. Untuk itu, maka metode mengajar yang harus
dipertimbangkan adalah metode latihan (drill), pelaksanaan tugas, demonstrasi
dan pengalaman langsung di lapangan.
3.
Pendekatan
Emosional, yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam
meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini
diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan peserta didik agar bertambah
kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT. dan kebenaran ajaran agamanya.
Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain metode ceramah,
bercerita dan sosio drama.
4.
Pendekatan
rasional, yaitu usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) dalam memahami dan
menerima kebenaran ajaran agamanya, termasuk mencoba memahami hikmah dan fungsi
ajaran agama. Untuk itu metode mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain
metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, latihan dan pemberian
tugas.
5.
Pendekatan
Fungsional, yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan kepada
segi-segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Materi yang dibahas, dipilih sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan peserta didik di masyarakatnya. Untuk itu, metode
mengajar yang perlu dipertimbangkan antara lain metode latihan, pemberian
tugas, ceramah, tanya jawab dan demonstrasi (Departemen Agama, 1994/1995: 14).
Sangat disayangkan bahwa, peran PAI di Sekolah yang sangat signifikan tersingkirkan dengan
rendahnya antusiasme para peserta didik dan para pengajar. Kesan monoton, tidak
berbobot pada kelulusan, “kurang berharga”; apalagi jika disandingkan dengan
mata pelajaran yang diujikan di UNAS, sudah sangat melekat pada PAI di Sekolah.
Akibatnya, PAI seakan tidak berhasil mencetak kader yang beriman dan bertakwa,
dan biasanya lulusan Sekolah hanya memiliki prestasi namun tingkah laku dan pengetahuan
agama mereka sangat rendah. Masalah implementasi PAI di Sekolah tidak berhenti
hanya di sini, akan tetapi masih banyak lagi dan harus segera dipecahkan agar
tujuan pelaksanaan PAI di Sekolah berhasil dengan baik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
Pendidikan Islam
yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam tiga
konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Pendidikan dalam konsep
tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa Allah memberikan pendidikan
melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan selanjutnya Rasul menyampaikan
kepada para ulama, kemudian para ulama menyampaikan kepada manusia. Sedangkan
pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan proses tranfer ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan intelektualitas peserta didik. Kemudian ta’dib merupakan proses
mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada
ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151
menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan
pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat
13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua
terhadap anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshari, Endang
Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha Enterprise, Jakarta: 1976
Departemen
Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah
Press, 1992
Al-Syaibany,
Omar Muhammad al-Toumy. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I. terj. Hasan
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang. 1999
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1999
Islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_9844htm.
Diakses tanggal 10 Mei 2014.
http://maulana-ikbar.blogspot.com/2012/05/makalah-tujuan-pendidikan islam.html.
diakses tanggal 14 Mei 2014
A.
Konsep
Dasar Utama Pendidikan Islam.
Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah Nabi. Di
atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik tolaknya
dimulai dari konsep manusia menurut
Islam. Menurut Haidar Putra daulay dasar pendidikan Islam adalah suatu konsep
yang menggambarkan ciri suatu bentuk baik dalam hal yang nampak ataupun yang
tidak terlihat. Manusia sebagai makhluk yang sempurna yang berperan sebagai
subjek dan objek dalam kehidupan ini harus bijak dan mampu memahami konsep
dasar pendidikan Islam. Untuk dapat memahaminya, maka diperlukan sebuah metode
pembelajaran yang efektif dan efesien serta adanya sarana dan fasilitas yang
sesuai.
Keberadaan manusia di atas permukaan bumi ini merupakan satu bukti
kekuasaan allah, oleh karenanya pendidikan islam menuntun untuk menjadikan
setiap insan manusia menjadi manusia yang sesungguhnya yaitu manusia yang
selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan pencapaian kehidupan yang
bahagia baik di dunia dan akhirat.
B.
Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam terkait erat dengan tujuan penciptaan
Manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai Hamba Allah. Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama
adalah membentuk pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang
taat, tunduk dan patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan Islam juga
berorientasi kepada perwujuan suatu sikap yang selalu menghadirkan Allah
sebagai Tuhan yang selalu mengawasi setiap makhluknya. Oleh karenaya, jika ini
terwujud, maka akan terlahirlah bibit-bibit manusia yang bertaqwa dan beriman
dan selalu berada dijalan yang benar dengan kehidupan bahagia dunia dan
akhirat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Petunjuk
pendidikan dalam al-Qur’an tidak terhimpun dalam kesatuan pragmen tetapi ia
diungkapkan dalam berbagai ayat dan surat al-Qur’an, sehingga untuk
menjelaskannya perlu melalui tema-tema pembahasan yang relevan dan ayat-ayat
yang memberikan informasi-informasi pendidikan yang dimaksud.
Al-Qur’an mengintroduksikan
dirinya sebagai pemberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus (Q.S. Al-Israa:
19)
وَمَنْ أَرَادَ
الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِن ٌ فَأُوْلَائِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ
مَشْكُورا ً
“Dan berapa banyaknya kaum
sesudah Nuh telah Kami binasakan. Dan cukupkan Tuhanmu Maha Mengetahui lagi
Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.”
Petunjuk-petunjuknya
bertujuan memberi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi manusia, baik secara
pribadi maupun kelompok, dan karena itu ditemukan petunjuk-petunjuk bagi
manusia dalam kedua bentuk tersebut.
Muhammad Rasulullah dipandang sukses dalam mendidik masyarakatnya
menjadi masyarakat yang berbudi tinggi dan akhlak mulia. Pada mulanya
masyarakat Arab adalah masyarakat jahiliyah, sehingga perkataan primitif tidak
cukup untuk menggambarkannya, hingga datang Rasulullah yang membawa mereka
untuk meninggalkan kejahiliahan tersebut dan mencapai suatu bangsa yang berbudaya
dan berkepribadian yang tinggi, bermoral serta memberi pengetahuan.
Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah untuk manusia di bumi ini di
beri kuasa oleh Allah sebagai penerima wahyu, yang diberi tugas untuk
mensucikan dan mengajarkan manusia sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151.
Dalam ayat tersebut mensucikan diartikan dengan mendidik, sedang mengajar tidak
lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengetahuan yang berkaitan dan
metafisika dan fisika.
Pada makalah ini akan dibahas konsep pendidikan menurut Al-Qur’an
yang akan mencoba menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep pendidikan
yaitu dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34, surat Al-Baqarah ayat 129 dan 151, dan
surat Luqman ayat 13-14.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konsep dan
Pendidikan?
2. Konsep Pendidikan
Menurut Al-Qur’an?
3. Bagaimana Tafsir Ayat
Tentang Pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Konsep dan Pendidikan
Konsep berasal dari bahasa Inggris “concept” yang berarti “ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek”,dan “gagasan atau ide umum”. Kata tersebut
juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari sesuatu.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan
atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada
diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah suatu
pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti kemanusiaan
dengan arti sesungguhnya.
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1
ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian pengertian pendidikan Islam antara lain menurut Dr. Yusuf
Qardawi sebagaimana dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam
yaitu pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk
hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis pahitnya.
Endang Saefuddin Anshari memberi pengertian secara lebih tehnis,
pendidikan Islam sebagai proses bimbingan (pimpinan, tuntunan dan usulan) oleh
subyek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi),
dan raga obyek didik dengan bahan-bahan materi tertentu, pada jangka waktu
tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah
terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Pendidikan
Islam adalah suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam
yang diwahyukan Allah SWT kepada Muhammad Saw.
Sedangkan menurut hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam
se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai:
“bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran Islam.”
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, terdapat perbedaan antara
pengertian pendidikan secara umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan secara
umum merupakan proses pemindahan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Perbedaan tersebut dalam hal nilai-nilai yang dipindahkan
(diajarkan). Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai yang dipindahkan berasal dari
sumber-sumber nilai Islam yakni Al-Qur’an, Sunah dan Ijtihad.
Jadi, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan baik jasmani dan
rohani berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian muslim sesuai dengan ukuran-ukuran Islam.
B. Konsep Pendidikan
Menurut Al-Qur’an
Merujuk kepada informasi al-Qur’an pendidikan mencakup segala aspek
jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan
menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an
sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata
tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada
Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby
(pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا
ً
“Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib
Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan
membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan. Sedangkan
Samsul Nizar menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung
jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menumbuhkan dan
memproduksi baik yang mencakup kepada aspek jasmaniah maupun rohaniah
Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan
dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering
dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan
kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
قَالَ يَاقَوْمِ
لَيْسَ بِي ضَلاَلَة ٌ وَلَكِنِّي رَسُول ٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“ Nuh menjawab: Hai kaumku,
tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta
alam.”
Pendidikan
diistilahkan dengan ta’dib, yang berasal
dari kata kerja “addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang
lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta
didik (Samsul Nizar, 2001: 90). Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam
al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada
praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam
pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada
manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak (Jalaluddin, 2003: 125). Allah juga
menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah sebaik-baik contoh teladan bagi
kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah
itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat
Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Selanjutnya
Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua
orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai
pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban
orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan
memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama
berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam
kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang
dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik
(Jalaluddin, 2003: 133). Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan
dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As
sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman
tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam
As) sama sekali kosong. Sebagaimana tertulis dalam surat al-Baqarah ayat 31 dan
32:
وَعَلَّمَ آدَمَ
الأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي
بِأَسْمَاءِ هَاؤُلاَء إِنْ كُنتُمْ صَادِقِينَ
“Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar.”
قَالُوا سُبْحَانَكَ
لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
“ Mereka menjawab, “Maha
suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.”
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah,
ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam
pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah.
C. Ayat-ayat lain yang
berhubungan dengan pendidikan
1. Surat al-Baqarah ayat 129
رَبَّنَا وَابْعَثْ
فِيهِمْ رَسُولا ً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ
وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“ Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada
mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dan
hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”
Penjelasan dari ayat diatas, makna Dia yakni Allah mengajar Adam
nama-nama benda seluruhnya, yakni memberinya potensi pengetahuan tentang
nama-nama atau kata-kata yang digunakan menunjuk benda-benda, atau
mengajarkannya mengenal fungsi benda-benda.
Ayat ini menginformasikan bahwa manusia dianugerahi potensi untuk mengetahui nama atau fungsi dan
karakteristik benda-benda, misalnya fungsi api, fungsi angin dan sebagainya.
Dia juga dianugerahi potensi untuk berbahasa. Sistem pengajaran bahasa kepada
manusia (anak-anak) bukan dimulai dengan mengajarkan kata kerja, tetapi
mengajarnya terlebih dahulu nama-nama (yang mudah), seperti ini papa, ini mama,
itu pena, itu pensil dan sebagainya. Itulah sebagian makna yang dipahami oleh
para ulama dari firman-Nya: Dia mengajar Adam nama-nama (benda) seluruhnya.
Bagi ulama-ulama yang memahami pengajaran nama-nama kepada Adam As,
dalam arti mengajarkan kata-kata, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa
kepada beliau dipaparkan benda-benda itu, dan pada saat yang sama beliau
mendengar suara yang menyebut nama benda yang dipaparkan itu. Ada juga yang
berpendapat bahwa Allah mengilhamkan kepada Adam As nama benda itu pada saat
dipaparkannya sehingga beliau memiliki kemampuan untuk memberi kepada
masing-masing benda nama-nama yang membedakannya dari benda-benda yang lain.
Pendapat ini lebih baik dari pendapat pertama. Ia pun tercakup oleh kata
mengajar karena mengajar tidak selalu dimaknakan menyampaikan suatu kata atau
idea, tetapi dapat juga berarti mengasah potensi yang dimilki peserta didik
sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat melahirkan aneka
pengetahuan.
Apapun tafsiran ayat tersebut, namun yang pasti salah satu
keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikan apa yang terlintas
dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga mengantarkannya
untuk mengetahui. Kemampuan manusia merumuskan idea dan memberi nama bagi
segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia berpengetahuan dan
lahirnya ilmu pengetahuan.
Kata al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm berarti menjangkau
sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa Arab menggunakan semua
kata yang tersusun dari huruf ‘ain, lam dan mim dalam berbagai bentuknya untuk
menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas sehingga tidak menimbulkan
keraguan. Allah Swt menamai dirinya “alim karena pengetahuan-Nya yang amat
jelas sehingga terungkap baginya hal-hal yang sekecil-kecilnya apapun.
Pengetahuan semua makhluk
bersumber dari pengetahuan-Nya. “Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka
dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya.”
Melalui informasi ayat diatas, diketahui bahwa pengetahuan yang
dianugerahkan Allah Swt kepada Adam As, atau potensi untuk mengetahui segala
sesuatu dari benda-benda dan fenomena alam merupakan bukti kewajaran Adam As
menjadi khalifah di muka bumi ini.
Kekhalifahan di bumi adalah kekhalifahan yang bersumber dari Allah
Swt, yang antara lain bermakna melaksanakan apa yang dikehendaki Allah
menyangkut bumi ini. Dengan demikian pengetahuan atau potensi yang
dianugerahkan Allah itu merupakan syarat sekaligus modal utama untuk mengelola
bumi ini. Tanpa pengetahuan atau pemanfaatan potensi berpengetahuan, maka tugas
kekhalifahan manusia akan gagal, walau dia tekun beribadah kepada Allah Swt,
serupa dengan sujud dan ketaatan malaikat. Akhirnya, Allah Swt, bermaksud
menegaskan bahwa bui tidak dikelola semata-mata hanya dengan tasbih dan tahmid
tetapi dengan amal ilmiah dan ilmu amaliyah.
2. Surat al-Baqarah ayat 151
كَمَا أَرْسَلْنَا
فِيكُمْ رَسُولا ً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
“Sebagaimana
(Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu), Kami telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan
kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.”
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim
As supaya Allah menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul
yang menyampaikan pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali
kepada kesuciannya. Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau
membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam
kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus
membacakan kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan,
maupun alam raya yang diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan
al-Kitab yaitu al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau
kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta
menampik mudharat, serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran,
kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian
perurutannya. Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan
tuntunan Allah, yakni membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk
mengajarkan makna dan pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan
kesucian jiwa, melalui pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada
ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah
Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari
kelompok mereka, membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan
al-Kitab dan al-Hikmah, mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat
tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal
diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa
ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya
belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan
intuisi.(M. Quraish Shihab, vol,1, 2002, 361).
3. Surat Luqman ayat 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
لِابْنِه ِِ وَهُوَ يَعِظُه ُُ يَابُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيم
“Dan
ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”
Adapun surat al-Baqarah ayat 129 memuat tentang do’a nabi Ibrahim
As supaya Allah menurunkan di kalangan anak cucu keturunannya seorang Rasul
yang menyampaikan pokok-pokok pendidikan dan pengajaran agar mereka kembali
kepada kesuciannya. Dan Rasul yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Saw, beliau
membawa petunjuk pendidikan dan pengajaran untuk dapat mereka pedomani dalam
kehidupannya.
Rasul yang domohonkan (Nabi Muhammad Saw) bertugas untuk terus
membacakan kepada umatnya ayat-ayat Allah baik berupa wahyu yang diturunkan,
maupun alam raya yang diciptakan, dan terus mengajarkan kepada mereka kandungan
al-Kitab yaitu al-Qur’an, atau tulis baca, dan al-Hikmah yakni Sunnah, atau
kebijakan dan kemahiran melaksanakan hal yang mendatangkan manfaat serta
menampik mudharat, serta mensucikan jiwa umatnya dari segala macam kotoran,
kemunafikan, dan penyakit-penyakit jiwa.
Hal-hal yang dimohonkan Nabi Ibrahim diatas, mempunyai keserasian
perurutannya. Dimulai dengan permohonan kehadiran rasul yang menyampaikan
tuntunan Allah, yakni membacakan Al-Qur’an, selanjutnya permohonan untuk
mengajarkan makna dan pesan-pesanya, kemudian pengetahuan yang menghasilkan
kesucian jiwa, melalui pengamalan sesuai dengan tuntunan Allah Swt.
Terdapat banyak kaitan antara kandungan ayat 129 dan ayat 151. Pada
ayat 151 menyucikan ditempatkan pada peringkat kedua dari lima macam anugerah
Allah dalam konteks memperkenankan do’a Nabi Ibrahim, yaitu: Rasul dari
kelompok mereka, membacakan ayat-ayat Allah, menyucikan mereka, mengajarkan
al-Kitab dan al-Hikmah, mengajarkan apa yang mereka belum ketahui.
Kalimat mengajarkan apa yang belum mereka ketahui merupakan nikmat
tersendiri, mencakup banyak hal dan melalui berbagai cara. Sejak awal
diturunkannya al-Qur’an telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (iqra’) bahwa
ilmu yang dperoleh manusia diraih dengan dua cara, pertama melalui upaya
belajar mengajar dan yang kedua anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan
intuisi.
Secara garis besar nasehat
dalam ayat tersebut berisi tentang hal-hal berikut:
1. Masalah ketauhidan,
yaitu larangan menyekutukan Allah. Walaupun seandainya perintah menyekutukan
Allah datang dari orang tua (ibu dan bapak), maka perintah tersebut tetap harus
ditolak.
2. Kewajiban anak untuk
berbakti kepada ibu bapaknya dengan cara berlaku santun dan lemah lembut.
3. Menyangkut misi utama
kemanusiaan, yaitu berupa kewajiban menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.
4. Membangun hubungan
manusia dengan melakukan perbuatan baik, sikap dan perilaku dalam pergaulan,
serta kesedehanaan dalam berkomunikasi dengan sesama.
Isi nasehat ketiga diatas mengantarkan pada kejelasan makna bahwa
ada patokan fundamental tentang pendidikan dalam al-Qur’an. Pendidikan dapat
disimpulkan sebagai suatu peristiwa komunikasi yang berlangsung dalam situasi
dialogis antara manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan konsep pendidikan
menurut Al-Qur’an diarahkan pada upaya menolong anak didik agar dapat
melaksanakan fungsinya mengabdi kepada Allah. Seluruh potensi yang dimiliki
anak didik yaitu potensi intelektual, jiwa dan jasmani harus di bina secara
terpadu dalam keselarasan, keserasian dan keseimbangan yang tergambar dalam
sosok manusia seutuhnya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan Islam yang sejalan dengan konsep pendidikan menurut
al-Qur’an terangkum dalam tiga konsep yaitu pendidikan tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib. Pendidikan dalam konsep tarbiyah lebih menerangkan pada manusia bahwa
Allah memberikan pendidikan melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw dan
selanjutnya Rasul menyampaikan kepada para ulama, kemudian para ulama
menyampaikan kepada manusia. Sedangkan pendidikan dalam konsep ta’lim merupakan
proses tranfer ilmu pengetahuan untuk meningkatkan intelektualitas peserta
didik. Kemudian ta’dib merupakan proses mendidik yang lebih tertuju pada
pembinaan akhlak peserta didik.
Konsep pendidikan menurut al-Qur’an terangkum dalam ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan di dalam Kitab al-Qur’an itu sendiri seperti pada
ayat-ayat yang telah dijelaskan yaitu surat al-Baqarah ayat 31-34, 129, dan 151
menjelaskan tentang pelajaran yang diberikan Allah kepada Nabi Adam As, dan
pokok-pokok pendidikan yang diberikan Rasul kepada umatnya. Surat Luqman ayat
13-14 berisi tentang konsep pendidikan utama yakni pendidikan orang tua
terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Endang Saefuddin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Islam, Usaha
Enterprise, Jakarta: 1976
Azra, Azyumardi, Pendidikan
Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos, Wacana
Ilmu
--------, Esei-esei
Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Wacana Ilmu, 1998
Arifin, Muzayyin, Filsafat
Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
Departemen Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah Press, 1992
Jalaluddin, Teologi
Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003
Natsir, Muhammad, Kapita
Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nizar, Samsul, Pengantar
Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Redaksi Penerbit, Standar
Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
Shihab, Umar,
Kontekstualitas Al-Qur’an; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an,
Jakarta: Penamadani, 2005
Shihab, Quraish, Tafsir
Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Vol. 1
--------, Tasfir Al-Misbah,
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
-------, Membumikan
Al-Qur’an, Bandung, Mizan: 1994
Tim Penyusun Kamus Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989
Email This
BlogThis!
Share to Twitter
Share to Facebook
Share to Pinterest
2 comments:
Sigit Arif Anggoro said...
terimakasih,,
izin menukil,,
22 April 2013 08:53
el mudhoffar said...
mkasih,,
26 September 2013 20:05
Post a Comment
Links to this post
Create a Link
Newer Post
Older Post
Home
Subscribe to: Post Comments
(Atom)
About Me
Sam Senyum
View my complete profile Blog
Archive
▼ 2013 (15)
► October (1)
► April (3)
► March (1)
▼ February (3)
MASA REMAJA
9 Metode Pendidikan
Konsep Pendidikan Menurut Islam
► January (7)
► 2012 (2)
► 2011 (2)
Total Pageviews
17,604
Travel template. Template
images by 5ugarless. Powered by Blogger.
Haidar Putra Daulay,
Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia, Jakarta: Rineka cipta, 2009
Muhammad Al-abrasyi,
At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha, Mesir: al-Halabi, 1975
_____________
[1] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di Indonesia
(Jakarta: Rineka cipta, 2009), h. 6
[2] Ibid, h. 7
[3] Ibid, h. 7
[4] Muhammad Al-abrasyi, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa falasifatuha
(Mesir: al-Halabi, 1975), h.22-25
[5] As Syaibany 1975, h. 292
[6] Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam Di
Indonesia, h. 8
Penulis: Ibrahim MA
Judul Makalah: Makalah
Konsep Pendidikan Islam
Semoga Makalah ini memberi manfaat bagi anda, tidak ada maksud
apa-apa selain keikhlasan hati untuk membantu anda semua. Jika terdapat kata
atau tulisan yang salah, mohon berikan kritik dan saran yang membangun. Jika
anda mengcopy dan meletakkannya di blog, sertakan link dibawah ini sebagai
sumbernya :
Silahkan dibagikan melalui:
Newer Post
Older Post
Related Posts
Tidak ada komentar:
Posting Komentar